Jakarta, CNN Indonesia --
Perdana Menteri Theresa May menjanjikan Inggris akan menjadi negara dengan keadilan sosial dan bangkit dari tantangan untuk berdiri sebagai negara di luar perserikatan Uni Eropa.
"Kami akan bangkit dari tantangan. Setelah kami meninggalkan Uni Eropa, kami akan menempa peran positif baru yang berani untuk diri kami sendiri. Kami akan membuat Inggris menjadi negara yang bekerja untuk setiap orang, ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (14/7).
Pernyataan ini merupakan pidato May pertama setelah dikukuhkan menjadi perdana menteri Inggris menggantikan David Cameron yang resmi mundur pada Rabu (13/7). Pentolan Partai Konservatif ini dikabarkan langsung menduduki kantor barunya usai menghadap Ratu Elizabeth dan mampir ke rumah dinasnya di Downing Street.
Cameron mengundurkan diri setelah referendum Inggris pada Juni lalu memilih agar Britania Raya keluar dari perserikatan Uni Eropa. Sikap pemilih Inggris ini disebut-sebut telah menciptakan ketidakpastian ekonomi di blok 28 negara-negara di Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
May sendiri sudah mempersiapkan diri bergeser menjadi perdana menteri usai menjabat menteri dalam negeri. Agenda yang disiapkan wanita berusia 59 tahun tersebut, antara lain mengurangi tekanan perdagangan Inggris. memperbaiki iklim investasi dengan 27 negara Eropa.
Dalam audiensi perdananya, May menyinggung ketidakadilan yang dihadapi rakyat Inggris, seperti orang miskin memiliki harapan hidup lebih pendek, perlakuan kasar sistem peradilan pidana terhadap kulit hitam, dan perempuan berpenghasilan lebih rendah dari laki-laki, serta perjuangan orang-orang muda untuk membeli rumah.
"Dalam pemerintahan yang saya pimpin, kepentingan akan menyangkut orang banyak, bukan cuma orang-orang istimewa saja. Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk memberikan Anda kendali lebih besar atas kehidupan Anda," terang May.
Selain mengumumkan agenda kerjanya, May juga menunjuk pembantu barunya di pemerintahan yang akan dipimpinnya hingga tahun 2020 mendatang. Ia memilih Menteri Luar Negeri Philip Hammond akan menjabat sebagai Menteri Keuangan.
Selain itu, May menarik mantan Walikota London, yakni Boris Johnson sebagai Menteri Luar Negeri, menggantikan Hammond.
Amerika Serikat memberikan ucapan selamat kepada May. Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, AS yakin kemampuan May untuk mengarahkan Inggris melalui negosiasi Brexit.
May merupakan perdana menteri ke-13 dan tercatat sebagai pemimpin wanita kedua di Inggris setelah Margaret Thatcher.
Segera Tinggalkan UE
Di luar rumah barunya di Downing Street, sekelompok demonstran terus meneriakkan agar British Exit (Brexit) segera diberlakukan. Sebagai informasi, May sendiri adalah salah satu politisi Partai Konservatif yang berkeinginan agar Inggris tetap menjadi bagian dari Uni Eropa.
"Brexit adalah Brexit. Tidak ada upaya untuk tetap bergabung dengan Uni Eropa, baik lewat jalan pintas atau referendum kedua," tegas May.
Cameron bersama istrinya, Samantha, dan ketiga anak mereka, terlihat menyambangi May di Downing Street. Ia sekaligus menyampaikan pidato perpisahannya.
"Saran saya untuk pengganti saya yang adalah seorang negosiator brilian, kita harus tetap dekat dengan Uni Eropa, mengambil manfaat dari hubungan dagang, kerja sama dan keamanan. Ini tidak pernah menjadi perjalanan yang mudah. Namun, saya percaya, negara kita jauh lebih kuat," imbuh Cameron.
Jeremy Hunt, Menteri Kesehatan dalam pemerintahan Cameron menuturkan, May sebagai sosok Angela Merkel, Kanselir Jerman. "May adalah perempuan tangguh, cerdas, bertekad, dan berprinsip untuk memimpin perundingan Inggris," katanya.
Untuk mempermudah proses meninggalkan Uni Eropa, May berencana membentuk departemen baru dalam pemerintahannya yang akan memimpin proses “cerai” Inggris dari Uni Eropa. Ia ingin, seseorang yang giat berkampanye untuk meninggalkan Uni Eropa menjadi pemimpin departemen baru tersebut.
(bir)