Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah korban tewas dari bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan, Sabtu (23/7), bertambah menjadi 80 orang. Sebelumnya, korban bom bunuh diri yang meledak di tengah-tengah unjuk rasa kelompok minoritas Hazara itu diketahui berjumlah 61 orang tewas dan 207 lainnya luka-luka.
Sebuah pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan sebanyak 80 orang tewas dan 231 luka-luka. Rumah sakit-rumah sakit setempat berusaha memberikan pertolongan bagi para korban yang dilarikan ke rumah sakit.
Kelompok militan ISIS yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan teror itu melalui kantor beritanya,
Amaq, menyatakan,”Dua militan dari ISIS meledakkan sabuk bom bunuh diri dalam kerumunan Syiah di Kota Kabul, Afghanistan," kata pernyataan singkat
Amaq seperti diberitakan
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan itu termasuk yang paling mematikan sejak pasukan Amerika Serikat menggulingkan Taliban pada 2001 silam.
Para pejabat di Badan Intelijen Afghanistan, mengatakan serangan itu direncanakan oleh Abu Ali, seorang militan ISIS di Distrik Achin di wilayah Nangarhar. Tiga pembuat bom disebut terlibat dalam serangan yang dilakukan oleh dua eksekutor itu.
Kelompok Hazara yang berbicara bahasa Persia merupakan penganut Syiah yang diperkirakan berjumlah 9 persen dari keseluruhan penduduk Afghanistan. Hazara merupakan kelompok minoritas ketiga terbesar dan disebut mendapat diskriminasi sejak lama. Ribuan orang Hazara tewas ketika Taliban berkuasa.
"Kami menggelar demonstrasi damai ketika saya tiba-tiba mendengar ledakan dan kemudian semua orang melarikan diri dan berteriak,” kata Sabira Jan, seorang pengunjuk rasa yang menyaksikan serangan itu dan melihat tubuh-tubuh bergelimpangan berlumuran darah di tanah. "Tidak ada orang yang membantu."
Taliban yang merupakan musuh ISIS, sebelumnya membantah terlibat serangan mematikan itu, dan mengatakan dalam pernyataan yang dimuat di situsnya bahwa serangan itu sebagai “tanda untuk menyalakan perang saudara"
(obs)