Kekerasan Merebak, Bangladesh Tahan 103 Militan

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 13 Jun 2016 20:00 WIB
Otoritas Bangladesh menahan setidaknya 103 militan setelah gelombang serangan mematikan terhadap kaum minoritas dan aktivis liberal belakangan ini.
Ilustrasi. (Diolah dari Thinkstockphotos.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Bangladesh menahan setidaknya 103 militan setelah gelombang serangan mematikan terhadap kaum minoritas dan aktivis liberal belakangan ini.

Selain itu, Bangladesh juga sudah menahan sekitar 6.000 tersangka pelaku kriminal sejak aparat menggencarkan operasi pada Jumat lalu untuk mencegah rangkaian rencana pembunuhan.

Menurut kepala kepolisian nasional Bangladesh, Shahidul Hoque, semua penahanan itu dilakukan dengan tuduhan spesifik, termasuk kepemilikan senjata api dan narkotika.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami harus mencegah munculnya militansi secara kolektif sebagai satu bangsa. Tidak mungkin melawannya hanya dengan kekuatan polisi," ujar Hoque seperti dikutip Reuters.

Selama beberapa pekan terakhir, Bangladesh memang diteror aksi pembunuhan dengan target kaum minoritas, seperti pendeta Hindu, pekerja biara, hingga penjaga toko Kristen.

Namun, tak hanya kaum minoritas, masyarakat mayoritas pun menjadi korban. Seorang istri dari petugas kepolisian anti-terorisme yang beragama Islam ditikam dan ditembak hingga tewas.

Kekerasan ini sebenarnya sudah mulai merebak sejak awal tahun lalu. Sejak 2015, militan membunuh lebih dari 30 orang di Bangladesh, termasuk penulis blog ateis, akademisi liberal, pembela hak gay, pekerja bantuan asing, dan sekte minoritas Muslim.

Kelompok militan ISIS tercatat mengklaim sebagai dalang dari 21 serangan sejak September lalu, sementara Al-Qaidah mengaku bertanggung jawab terhadap sebagian insiden sisanya.

Kendati demikian, pemerintah Bangladesh terus memastikan bahwa tidak ada dua kelompok militan besar itu di negara mereka. Menurut mereka, dalang di balik serangan itu adalah kaum radikal dalam negeri.

Bulan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri, Shahriar Alam, mengatakan bahwa ISIS mencoba menunggangi gelombang radikalisasi agama dengan asal mengklaim pembunuhan.

Menurut kepolisian setempat, rangkaian serangan itu dilakukan oleh dua kelompok militan lokal, yaitu Jamaat-ul-Mujahideen dan Ansarullah Bangla Team, yang berupaya menerapkan hukum Islam ketat di Bangladesh.

Setidaknya 10 tersangka Jamaat-ul-Mujahideen sudah ditewaskan sejak November silam, termasuk lima di antaranya pada pekan lalu.

Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, bertekad memburu semua pelaku pembunuhan itu. Ia menuding lawan politik yang berkaitan dengan partai Islam seharusnya bertangggung jawab atas merebaknya kekerasan ini.

Partai oposisi utama pimpinan mantan PM Bangladesh, Khaleda Zia, menampik tudingan tersebut dan mengatakan bahwa penahanan itu merupakan cara untuk menekan lawan politik. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER