Jakarta, CNN Indonesia -- Intelijen Turki mengendus rencana pelarian Fethullah Gulen berikutnya untuk menghindari ekstradisi. Gulen dituding sebagai dalang upaya kudeta militer dua pekan lalu di Istanbul dan Ankara.
Diberitakan Reuters, Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag pada Kamis (28/7) mengatakan pelarian direncanakan setelah pemerintah Ankara mengajukan permohonan ekstradisi Gulen kepada pemerintah Amerika Serikat.
Menurut laporan intelijen yang dikutip Bozdag, Gulen yang hidup di pengasingan di Pennsylvania sejak 1999 berencana kabur ke negara-negara yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Turki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di antara negara-negara yang menjadi sasaran pelarian Gulen adalah Australia, Meksiko, Kanada, Afrika Selatan dan Mesir.
"Dia sedang mencari negara untuk lari, dia telah memilih beberapa negara, terutama yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Turki dan dia bisa kabur kapan saja," ujar Bozdag.
Pekan lalu, Ankara mengajukan permohonan ekstradisi untuk Gulen kepada AS. Gulen akan menghadapi dakwaan atas pengkhianatan negara karena menjadi dalang kudeta militer pada 15 Juli lalu.
Ratusan orang tewas dalam peristiwa itu. Pemerintah Recep Tayyip Erdogan langsung melakukan "pembersihan" dengan menangkapi puluhan ribu pendukung Gulen di pemerintahan dan militer.
Panglima militer Turki Jenderal Hulusi Akar yang disandera oleh para militer pro-kudeta mengatakan bahwa salah satu penyanderanya saat itu meminta dia berbicara dengan "pemimpin kami Fethulleh Gulen" di telepon.
Sebelum kudeta, pemerintah Turki telah mengatakan bahwa Gulen dengan gerakannya, Hizmet, telah menyusupkan para pendukungnya di pemerintahan, termasuk lembaga peradilan, polisi dan militer.
(ama)