Jakarta, CNN Indonesia -- Perjalanan wisata seorang warga China berakhir mengenaskan di Jerman. Lantaran tidak bisa berbahasa setempat, dia dikira imigran pencari suaka dan ditahan selama 12 hari di kamp pengungsi.
Seperti dilaporkan Reuters, Senin (8/8) pria berinisial Tuan L ini berpenampilan rapi, berbeda dengan pencari suaka lainnya, namun hanya bisa berbahasa Mandarin.
Petugas imigrasi baru mengetahui kesalahan mereka setelah meminta bantuan seorang pelayan di rumah makan China untuk menerjemahkan perkataan pria itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia tidak bisa bahasa Jerman atau Inggris -- Hanya Mandarin," kata Christoph Schluetermann, kepala pusat pengungsi Palang Merah di utara kota Duelmen kepada Reuters.
Setelah mengetahui kesalahan itu, L dibebaskan dan kembali menjalankan tur keliling Eropa.
"Dia menghabiskan 12 hari terjebak di belantara birokrasi karena kita tidak bisa berkomunikasi. Jerman adalah negara dengan birokrasi ekstrem, terutama di tengah krisis pengungsi," lanjut Schluetermann.
L berakhir di kamp pengungsian setelah dompetnya dicopet saat bertamasya di kota Heidelberg. Karena tidak bisa bahasa setempat, bukannya ke kantor polisi dia malah ke balai kota.
Dia lalu mengisi formulir pencari suaka. Setelah itu, dia dibawa ke kamp pengungsi di Duelmen, 360 km dari Heidelberg. Di kamp ini, dia diberi makanan dan membelanjakan uangnya seperti pengungsi lainnya.
L sempat diambil sidik jari dan menjalani pemeriksaan medis. Kecurigaan petugas muncul karena L berpakaian sangat rapi, berbeda dengan pencari suaka lainnya.
"Dia juga bersikap berbeda dengan pengungsi lain. Dia mencoba berbicara dengan orang lain untuk menceritakan kisahnya, tapi tidak ada yang mengerti. Dia terus meminta paspornya kembali, berbeda dengan kebanyakan pengungsi," kata Schluetermann.
Staf Palang Merah mencoba mencari penerjemah di internet namun tidak mendapatkannya. Akhirnya langkah putus asa dilakukan, mereka menggunakan jasa pelayan di rumah makan China.
L akhirnya dibebaskan setelah kebenarannya terungkap. Dia terlihat senang bisa bebas, namun kecewa dengan perjalanannya di Eropa.
"Itu adalah saat luar biasa bagi kami. Dia mengatakan Eropa tidak seperti yang dibayangkan," kata Schluetermann.
"Apa yang Anda harapkan jika datang ke Eropa sebagai turis dan menghabiskan 12 hari tidur di ranjang kamping di penampungan pengungsi?" lanjut dia.
(stu)