Turki Tuding Eropa Mendorong Sentimen Anti-Erdogan

Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 11 Agu 2016 09:00 WIB
Turki menuding Uni Eropa mendorong sentimen anti-Turki dan anti-Erdogan karena menunjukkan kekhawatiran atas tindakan keras Turki setelah upaya kudeta.
Warga Turki memenuhi Taksim Square di Istanbul pada Rabu malam (10/8). (Reuters/Osman Orsal)
Jakarta, CNN Indonesia -- Turki menuding Uni Eropa mendorong sentimen anti-Turki dan permusuhan terhadap Presiden Tayyip Erdogan, dan menyebut itu adalah kesalahan besar terkait respons UE terhadap upaya kudeta Juli lalu.

Erdogan dan banyak orang Turki marah menanggapi kekhawatiran UE atas tindakan keras Turki yang menangkap ribuan orang yang dituding terlibat kudeta.

"Sayangnya Uni Eropa membuat beberapa kesalahan yang serius. Mereka gagal dalam tes setelah upaya kudeta….Masalah mereka adalah sentimen anti-Turki dan anti-Erdogan," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu seperti dikutip kantor berita Anadolu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami telah bekerja sangat keras untuk [keanggotaan] Uni Eropa dalam 15 tahun terakhir. Kami tidak pernah memohon, tapi kami bekerja sangat keras….Kini dua dari tiga orang mengatakan kami harus menghentikan dialog dengan Uni Eropa."
Lebih dari 60 ribu orang di militer, peradilan, layanan sipil dan pendidikan telah ditahan, ditangguhkan atau diinvestigasi sejak upaya kudeta yang menewaskan 246 orang itu.

Pemecatan terus berlangsung hingga Rabu kemarin. Anadolu melaporkan lebih jauh 648 hakim dan jaksa diskors dan diselidiki. Total jaksa yang mengalami nasib serupa atau diberhentikan menjadi 3.489 orang. Sementara itu Badan Riset Ilmiah dan Teknologi Turki (TUBITAK) telah memberhentikan 560 staf mereka.

Erdogan berulang kali meminta AS mengekstradisi Fethullah Gulen yang dianggap sebagai dalang upaya kudeta. (Reuters/Huseyin Aldemir)
Pada Rabu malam, ribuan orang melambaikan bendera Turki berkumpul di luar istana presiden di Ankara untuk mendengar seruan terbaru Erdogan terkait ekstradisi ulama Fethullah Gulen yang dituding menjadi dalang upaya kudeta. Gulen saat ini berada dalam pengasingan di Pennsylvania dan membantah keterlibatannya.
"Cepat atau lambat Amerika Serikat akan membuat pilihan. Entah Turki atau FETO,” ujar Erdogan dalam pidatonya. FETO adalah sebutan pemerintah Turki menyebut "organisasi teroris Gullen".

Beberapa negara sekutu Turki di Eropa, sementara itu khawatir bahwa Erdogan yang kerap diasosiasikan sebagai pemimpin otoriter, menggunakan kudeta sebagai alasan untuk memperketat cengekeramannya.

Pejabat Turki menolak tudingan itu, dan menegaskan bahwa pembersihan yang mereka lakukan sesuai dengan besarnya ancaman atas pemberontakan yang gagal tersebut.
Kini, salah satu perhatian Barat juga tertuju pada pemulihan hubungan Turki dan Rusia setelah presiden kedua negara bertemu pada Selasa kemarin.

"Saya tertarik pada diskusi fundamental," kata Kanselir Austria, Christian Kern, pada Rabu dalam sebuah wawancara ORF, yang menyatakan bahwa UE harus mempertimbangkan kembali perihal keanggotaan Turki.

"Diskusi mendasar itu adalah: Dapatkah kita menerima seseorang dalam Uni Eropa yang tidak mematuhi standar demokratis, yang memiliki kesulitan dengan hak asasi manusia, dan yang mengabaikan kebutuhan kemanusiaan dan kebutuhan mengenai aturan hukum?"

Turki memulai pembicaraan keanggotaan Uni Eropa pada 2005, namun tak membuat kemajuan berarti hingga tercapainya kesepakatan terkait arus pengungsi pada awal tahun ini. Turki akan menahan gelombang pengungsi ke Eropa, dan UE akan mempercepat keanggotaan Turki. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER