Partai Mantan PM Thailand Tampik Terlibat Serangan Bom

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 15 Agu 2016 07:34 WIB
Partai politik pimpinan mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra menampik tuduhan bahwa mereka berada di balik rangkaian bom di Negeri Gajah Putih pekan lalu.
Polisi dan kementerian luar negeri Thailand mengesampingkan motif terorisme dalam serangan ini, meski perangkat bom yang meledak serupa dengan yang digunakan oleh separatis Muslim. (Reuters/Reuters TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Partai politik pimpinan mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra yang digulingkan oleh kudeta militer pada 2008 lalu menampik tuduhan bahwa mereka berada di balik rangkaian serangan bom di sejumlah wilayah di Thailand pekan lalu yang menewaskan empat orang dan melukai puluhan lainnya.

Para pengamat menyatakan bahwa publik pasti akan menaruh kecurigaan kepada para penentang referendum ataupun kelompok pemberontak dari provinsi mayoritas Muslim di selatan Thailand. Pasalnya, rangkaian ledakan itu terjadi hanya beberapa hari setelah referendum menunjukkan bahwa rakyat Thailand menerima amandemen konstitusi yang akan mengukuhkan kekuasaan militer di pemerintahan Thailand selanjutnya.

Khawatir bahwa pengikut Thaksin Shinawatra dan saudarinya, Yingluck Shinawatra, yang menjabat sebagai perdana menteri periode 2011-2014, disalahkan atas rangkaian serangan bom itu, tokoh senior dari Partai Puea Thai merilis pernyataan yang menampik tuduhan tersebut.
"Publik, melalui media sosial, mengirim pesan yang mengatakan Thaksin Shinawatra berada di belakang peristiwa ini," kata Noppadon Pattama yang pernah menjabat sebagai mantan menteri luar negeri Thailand pada masa pemerintahan Thaksin maupun Yingluck.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah fitnah dan pencemaran nama baik. Siapapun yang merupakan mantan perdana menteri turut khawatir tentang kondisi negara dan tidak akan melakukan kejahatan seperti itu," kata Noppadon, dikutip dari Reuters, Minggu (14/8).

Sementara, partai anti-pemerintah, Front Bersama untuk Demokrasi Melawan Kediktatoran (UUD) atau yang dikenal juga dengan kelompok "kaus merah" yang bersimpati kepada keluarga Shinawatras, turut mengecam serangan tersebut dalam pernyataan yang dirilis pada Minggu.
Hingga kini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas rangkaian serangan bom dan pembakaran yang dimulai sejak Kamis (11/8) dini hari hingga Jumat (12/8) di Hua Hin, Trang, Surat Thani, Phuket, Phangnga, Krabi, Chumphon dan Nakhon Si Thammarat.

Polisi Thailand mengungkapkan bahwa selama akhir pekan mereka menemukan dan berhasil menjinakkan lima bom yang gagal meledak. Polisi menyatakan bahwa mereka telah menangkap dan tengah menginterogasi setidaknya satu tersangka. Polisi meyakini lebih dari satu individu terlibat dalam rangkaian serangan tersebut, sembari memantau herakan sejumlah tersangka lainnya.

Polisi dan kementerian luar negeri Thailand mengesampingkan motif terorisme dalam serangan ini. Namun, Kepala Polisi Jakthip Chaijinda kemudian mengatakan bahwa perangkat bom yang meledak serupa dengan yang digunakan oleh separatis Muslim.
Wakil kepala polisi nasional Pongsapat Pongcharoen menyatakan bahwa sampel DNA yang dikumpulkan di lokasi ledakan akan dibandingkan dengan sampel DNA yang tersimpan dalam bank data anggota militan di wilayah selatan Thailand.

Selama lebih dari satu dekade, rakyat Thailand terbagi antara pendukung kebijakan populis yang diusung Thaksin dan royalis serta pendukung junta militer. Junta menggulingkan Thaksin dalam kudeta tahun 2006, dan menuduhnya korupsi.

Saudari Thaksin, Yingluck kemudian menjabat sebagai perdana menteri setelah memenangi pemilu tahun 2011, namun kemudian digulingkan dalam kudeta pada 2014 pimpinan Jenderal Prayuth Chan-ocha yang kini menjabat sebagai perdana menteri.
Pada referendum yang digelar pada Minggu (7/8), para pemilih di wilayah timur laut Thailand, yang merupakan basis pendukung Thaksin, sebagian besar menolak referendum yang dirancang pemerintahan junta. Begitu juga dengan para pemilih di tiga provinsi di wilayah selatan Thailand yang dilanda separatisme dalam beberapa tahun terakhir.

Rangkaian insiden ini bermula pada Kamis tengah malam, ketika dua bom meledak di kawasan wisata di Hua Hin, merenggut satu nyawa dan melukai 21 orang lainnya. Di hari yang sama, meledak pula satu bom di Provinsi Trang dan menelan satu korban nyawa serta melukai tujuh orang lainnya.

Sehari kemudian, Jumat (12/8) pagi, serangkaian bom kembali meledak di beberapa titik, yaitu Hua Hin, Surat Thani, Phuket, Phangnga, Trang, Krabi, Chumphon, dan Nakhon Si Thammarat. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER