Turki Desak Uni Eropa Terapkan Bebas Visa Mulai Oktober

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 16 Agu 2016 08:00 WIB
Turki mengancam tak akan menepati kesepakatan imigrasi dengan Uni Eropa, jika blok itu tak memberlakukan bebas visa kepada Turki mulai Oktober mendatang.
Turki saat ini merupakan negara yang menampung paling banyak pengungsi Suriah di dunia, mencapai 2,73 juta orang. Lebih dari setengah di antaranya berusia di bawah 18 tahun. (Reuters/Hosam Katan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Turki mengancam tak akan menepati kesepakatan dengan Uni Eropa untuk membendung arus imigran ke benua itu, jika Uni Eropa tak memberlakukan bebas visa kepada wisatawan Turki mulai bulan Oktober mendatang.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan kepada harian Jerman, Bild, pada Senin (15/8) di tengah meningkatnya ketegangan antara Ankara dan Barat yang telah diperburuk oleh upaya kudeta yang gagal pada Juli lalu.
Turki sepakat untuk menampung ratusan ribu pengungsi dari negara berkonflik yang hendak menuju Eropa, dengan imbalan Uni Eropa memberikan kucuran dana kepada Turki untuk menampung imigran, percepatan pembahasaan keanggotaan Uni Eropa untuk Turki, dan juga bebas visa bagi para wisatawan Turki.

Ditanya apakah ratusan ribu pengungsi di Turki akan menuju ke Eropa jika Uni Eropa tidak juga memberlakukan bebas visa mulai Oktober, Cavusoglu menyatakan kepada Bild, "Saya tidak ingin berbicara tentang skenario terburuk - pembicaraan dengan Uni Eropa terus berlanjut tapi jelas bahwa pilihannya adalah kami menepati semua kesepakatan atau mengabaikannya sama sekali."
Pembahasan akses bebas visa bagi warga Turki ke Uni Eropa mandek karena sengketa undang-undang antiterorisme Turki, yang dianggap tidak sesuai dengan kebijakan Uni Eropa. Selain itu, Eropa kerap meluncurkan kritik soal sikap keras pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan kepada warganya yang diduga mendukung kudeta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Brussels ingin Ankara melunakkan undang-undang antiterorismenya. Namun, Ankara menolak usulan itu, dengan dalih tingginya ancaman keamanan di beberapa wilayah, terutama ancaman ISIS di wilayah yang berbatasan dengan Suriah dan ancaman kelompok militan Kurdi di wilayah tenggara.

Sementara, Komisioner Eropa Guenther Oettinger menyatakan dia memprediksi Uni Eropa akan memberikan bebas visa tahun ini kepada warga Turki akibat tindakan keras Ankara terhadap warganya sendiri. Lebih dari 60 ribu warga Turki ditahan, diberhentikan dari pekerjaannya dan diinvestigasi terkait dengan dugaan terlibat kudeta.
Cavusoglu mengatakan bahwa kesepakatan imigrasi dengan Uni Eropa menetapkan bahwa semua warga Turki akan mendapatkan kebebasan visa pada Oktober. "Kami tidak bisa menerapkan segala sesuatu yang baik bagi Uni Eropa, namun Turki tidak mendapat balasan apapun," ujarnya, dikutip dari Reuters.

Juru bicara Komisi Eropa menolak mengomentari hal ini secara langsung, tetapi mengatakan Uni Eropa terus bekerja sama dengan Turki di semua bidang kerja sama.

Turki saat ini merupakan negara yang menampung paling banyak pengungsi Suriah di dunia, mencapai 2,73 juta orang. Lebih dari setengah di antaranya berusia di bawah 18 tahun.
Ankara sendiri mengaku telah menghabiskan US$10 miliar dalam membantu pengungsi. Di atas kertas, bantuan itu berupa pemberian perlindungan, pendidikan dan layanan kesehatan dasar bagi pengungsi yang terdaftar.

Namun, bulan lalu Reuters melaporkan bahwa ribuan pengungsi anak Suriah terpaksa menjadi buruh di Turki untuk menyambung hidup dengan upah yang sangat rendah. (ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER