Jakarta, CNN Indonesia -- Arab Saudi telah memiliki visi hingga tahun 2030, saat negara itu tidak lagi bergantung pada kekayaan minyak. Nantinya, salah satu sektor penting sumber pemasukan negara, yaitu haji dan umroh, akan ditingkatkan kapasitasnya sehingga lebih banyak menghasilkan pundi uang.
Seperti diberitakan
Saudi Gazette awal pekan ini, peningkatan kapasitas haji dan umroh merupakan salah satu rencana besar ekonomi Saudi "pascaminyak". Dalam waktu 14 tahun lagi, berdasarkan laporan pemerintah Saudi dalam skema "Visi 2030", Saudi akan meningkatkan jumlah penerimaan jemaah haji dan umroh hingga 30 juta orang per tahun.
Saat ini jumlah jemaah haji terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2012, jemaah haji mencapai 12 juta orang, dan pada 2025 diperkirakan mencapai 17 juta. Peningkatan jumlah jemaah ini diharap berkontribusi besar dalam sektor wisata reliji.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, wisata reliji menyumbang sekitar 3 persen dari GDP Saudi.
Ziyad bin Mahfouz, direktur utama biro perjalanan wisata Elaf Group, mengatakan peningkatan sektor wisata reliji merupakan bukti bahwa Saudi telah berada di jalur yang tepat dalam perencanaan ekonomi pascaminyak.
"Wisata reliji berkontribusi besar dalam upaya peralihan negara ini dari era minyak. Ada ruang besar bagi pertumbuhan pariwisata, tidak hanya untuk tujuan keagamaan," ujar Mahfouz.
Untuk memenuhi visi tersebut, pemerintah Saudi berbenah dengan meningkatkan kapasitas, termasuk pembangunan hotel untuk menampung para jemaah.
Data industri yang dihimpun
Saudi Gazette menyebutkan, saat ini ada 35.770 kamar tengah dibangun di 81 hotel, sebanyak 24.133 kamar di antaranya terdapat di Mekkah.
Visi Saudi 2030 diumumkan oleh wakil putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, pada April lalu. Kerajaan Saudi menargetkan negara itu menjadi satu dari 15 negara dengan perekonomian terbesar dunia. Nantinya, Saudi akan melepaskan ketergantungan dari sektor minyak yang menurut Mohammed adalah "candu."
Di bawah rencana ini, Saudi akan meningkatkan pemasukan di sektor non-minyak hingga enam kali lipat menjadi US$266 miliar pada 2030, menjual sebagian saham perusahaan minyak nasional Aramco, dan menciptakan dana publik sebesar US$1,9 triliun untuk investasi di dalam dan luar negeri.
Minyak telah menyumbang 87 persen pemasukan bagi Saudi dan jatuhnya harga minyak mentah sejak 2014 telah membuat perekonomian negara itu sedikit terpuruk. Saudi mulai memotong subsidi dan meminjam miliaran dolar untuk menyeimbangkan anggaran mereka.
(den)