Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat akan mengirimkan satu tim ke Turki untuk menyelidiki lebih lanjut tudingan pemerintah Ankara atas aktivitas kriminal Fethullah Gulen, tokoh agama yang kini sedang berada di pengasingan di Pennsylvania.
Dalam laporannya pada Jumat (19/8),
Bloomberg mengutip pernyataan seorang sumber yang tak menjabarkan lebih lanjut mengenai pengiriman tim tersebut.
Selama ini, pemerintah AS memang sedang berkoordinasi ketat dengan Turki untuk menentukan nasib Gulen.
Pemerintah Turki menuding Gulen merupakan dalang di balik upaya kudeta militer di Turki yang gagal pada bulan lalu. Ankara meminta AS mengekstradisi Gulen agar bisa diadili di Turki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Gulen menampik tuduhan tersebut. Ia malah menuding balik bahwa Turki bisa saja menggunakan tudingan itu untuk membungkam pihak-pihak yang bertentangan.
AS pun masih terus meminta alat pendukung dari Turki untuk menentukan layak tidaknya Gulen untuk diekstradisi.
Pada awal Agustus lalu, AS mengonfirmasi bahwa mereka sedang mengevaluasi dokumen baru yang dikirimkan oleh Turki.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan bahwa kumpulan dokumen yang pertama kali dikirimkan tak sesuai dengan syarat ekstradisi.
"Kami menerima lebih banyak dokumen. Kami memeriksa itu dan saya pikir itu juga belum memenuhi syarat," tutur Toner.
Kementerian Kehakiman AS menjadi penanggung jawab utama untuk menentukan ekstradisi Gulen yang mengasingkan diri ke Pennsylvania sejak 1999 lalu.
Menanggapi sikap pemerintah Turki ini, Gulen berkata, "Sangat terlihat bahwa sistem pengadilan di Turki tidak independen. Jadi perintah ini merupakan contoh lain bagaimana Presiden Erdogan menjalankan sistem otoriter dan jauh dari demokrasi."
Selama ini, pemerintah Turki, termasuk Menteri Luar Negeri, Mevlut Cavusoglu, sudah memperingati bahwa hubungan negaranya dengan AS dapat terkena imbasnya jika permintaan untuk mengekstradisi Gulen tak terpenuhi.
Turki sendiri memegang peran penting dalam koalisi pimpinan AS untuk menggempur ISIS. Namun, AS mengatakan bahwa Turki harus memperlihatkan bukti jelas atas keterlibatan Gulen dalam upaya kudeta yang gagal pada bulan lalu.
Gulen pun menyangkal tudingan keterlibatannya dalam upaya kudeta itu. Ia bahkan turut mengecam upaya itu.
Toner sendiri mengatakan bahwa AS sudah menawarkan bantuan untuk menyelidiki upaya kudeta itu. Ia tak menjelaskan tanggapan Turki atas tawaran tersebut.
(stu/stu)