Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump menjadi target serangan siber dengan beberapa peretas dilaporkan menyasar sistem komputer sang calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik tersebut.
Seorang sumber mengatakan kepada
Reuters bahwa setidaknya akun surat elektronik milik salah satu staf Trump terinfeksi
malware pada 2015. Akun itu kemudian mengirimkan pesan-pesan jahat ke surel teman-teman staf tersebut.
Namun hingga kini, belum diketahui apakah peretas tersebut benar-benar sudah mendapatkan akses ke komputer para staf kampanye Trump.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim kampanye Trump sendiri sudah menyewa perusahaan keamanan siber bernama CrowdStrike yang juga membantu Komite Nasional Partai Republik. Namun, perusahaan itu enggan memberikan komentar.
Sementara itu, seorang sumber lain mengatakan bahwa ada perusahaan keamanan siber lain yang disewa untuk memeriksa perangkat lunak tim kampanye Trump dan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Dua sumber lain membocorkan bahwa teknik peretasan dalam Partai Republik sama dengan yang terjadi pada sistem organisasi Partai Demokrat dan tim kampanye Clinton.
Sebelumnya, sumber
Reuters lainnya mengungkapkan bahwa peretas yayasan milik keluarga Clinton ini juga menggunakan teknik
spear phishing atau penyebaran surat elektronik untuk mengakses jaringan data yang ada.
Teknik ini termasuk dengan membuat akun surel atau situs palsu untuk mendapatkan akses ke surel milik staf Clinton Foundation atau bahkan langsung ke yayasan itu.
Berbicara dengan syarat anonim, seorang pejabat AS mengatakan bahwa peretasan ini sama dengan teknik yang dilakukan oleh badan intelijen Rusia atau badan sewaaan mereka.
Namun, Rusia berulang kali menampik tuduhan ini dan mengatakan bahwa tudingan ini sangat absurd.
Dua pejabat keamanan AS kemudian mengatakan bahwa FBI dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS sudah menawarkan bantuan bagi kedua partai untuk mengidentifikasi kemungkinan penyusupan, juga guna memperkuat pertahanan terhadap ancaman siber ini.
(ama)