Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah berita mengenai hukuman mati terhadap dua pejabat Korea Utara merebak, pada Rabu (30/8) Pyongyang dilaporkan juga ternyata telah mengeksekusi Wakil Perdana Menteri urusan Pendidikan Kim Yong Jin, bulan lalu.
Seorang pejabat Korea Selatan mengatakan bahwa Kim dieksekusi oleh regu tembak setelah dituding menunjukkan perilaku buruk saat menghadiri rapat penting parlemen yang digelar pada Juni lalu.
Masalah Kim berlanjut ketika ia dikirim ke daerah ladang pertanian di sebuah pedesaan selama satu bulan untuk mengadakan program re-edukasi pada Juli. Menurut pejabat Korut, Kim menunjukkan sikap tidak baik dan menyelewengkan kekuasaannya.
Seperti dilansir kantor berita Korsel,
Yonhap, Kim sempat diinterogasi sebelum dieksekusi. Setelah dicap sebagai elemen anti-revolusi, Kim pun ditembak mati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kim Yong Jin, menurut pejabat Korsel, dipromosikan menjabat sebagai wakil perdana menteri pada 2012, setelah menjabat sebagai menteri pendidikan Korut.
Kabar ini datang hanya berselang sehari setelah satu harian Korsel,
JoongAng Ilbo, melaporkan bahwa Korut telah mengeksekusi mati dua pejabat, yaitu mantan Menteri Pertanian, Hwang Min, dan pejabat senior Kementerian Pendidikan, Ri Yong Jin.
JoongAng Ilbo menyebutkan bahwa kedua orang itu dieksekusi dengan senjata anti-pesawat di sebuah akademi militer di Ibu Kota Pyongyang atas tuduhan tidak mematuhi Kim Jong Un.
Hwang dibunuh karena proposal kebijakannya yang dinilai menentang Kim Jong Un. Sementara itu, Ri dieksekusi karena ketahuan ketiduran ketika Kim berpidato dan kemudian diselidiki terkait korupsi dan tidak menghormati pemimpinnya. Laporan ini tidak bisa diverifikasi secara independen. Kementerian Unifikasi Korsel pun belum memberi pernyataan apa pun terkait berita ini.
Sebelumnya, beberapa laporan media soal eksekusi yang dilakukan oleh Kim Jong Un terbukti tak selalu akurat.
Korut sendiri jarang mempublikasikan soal eksekusi, kecuali eksekusi terhadap paman Kim, Jang Song Thaek, pada 2012. Jang ketika itu disebut-sebut sebagai orang paling berkuasa di Korut setelah Kim.
(stu/stu)