Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Binali Yildirim mengumumkan bahwa Menteri Dalam Negeri Turki Efkan Ala mengundurkan diri dari posisinya pada pekan ini. Pengunduran diri Ala ini terjadi usai serangkaian teror bom belakangan ini serta percobaan kudeta yang gagal Juli lalu.
Dalam pengumuman singkat yang disiarkan di televisi nasional Turki pada Rabu (31/8) itu, Yildirim tidak mengungkapkan alasan pengunduran diri Ala.
Menurut laporan
Reuters, Yildirim hanya mengungkapkan bahwa posisi mendagri kini dipegang oleh Menteri Tenaga Kerja Suleyman Soylu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Turki tengah dilanda serangkaian serangan, yang diduga dilakukan oleh militan ISIS dan milisi Kurdi. Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan kepada
Reuters pada Juli lalu, setelah percobaan kudeta, bahwa intelijen Turki gagal melaksanakan tugasnya.
Sehari usai kudeta, Soylu menyatakan kepada media bahwa insiden yang menewaskan lebih dari 200 orang itu "jelas didalangi Amerika." Meski demikian, juru bicara Erdogan mengklarifikasi pernyataan Soylu dengan menyatakan bahwa sang menteri terlalu emosi.
Seorang pejabat senior Turki menyatakan kepada
Reuters bahwa beberapa sejumlah penunjukkan pejabat di Kemendagri Turki selama masa kepemimpinan Ala menimbulkan tanda tanya publik. Selain itu, Ala juga diperkirakan mundur karena "ketidakmampuannya memenuhi sejumlah ekspektasi di beberapa sektor, terutama keamanan."
Sang mantan menteri dalam negeri dikenal berperan aktif dalam upaya pemerintah untuk menghentikan calon jihadis menyebrangi perbatasan Turki untuk bertempur di Suriah, maupun militan Suriah yang ingin kembali ke Turki.
Ala juga termasuk pejabat pemerintah yang berperan penting dalam kampanye membasmi pendukung kudeta yang meletus pada 15 Juli untuk menggulingkan Erdogan dan pemerintahannya.
"Erdogan mengharapkan pertarungan yang jauh lebih efektif terhadap organisasi Fethullah Gulen," kata pejabat senior tersebut, sembari menambahkan bahwa "Soylu adalah salah satu nama yang paling Erdogan percayai."
Pihak berwenang Turki telah menahan, menangguhkan dan menyelidiki sekitar 80 ribu orang dari jajaran pejabat publik yang dicurigai mendukung gerakan Fethullah Gulen, tokoh agama yang dituding sebagai dalang kudeta, dan kini tinggal dalam pengasingan di Pennsylvania, AS.
Di hari yang sama, Kemendagri Turki merilis data baru yang merinci jumlah warga yang ditangkap dalam upaya pemerintah memburu simpatisan ISIS.
Ala mengumumkan, terdapat 865 orang yang ditangkap sejak awal 2016, dan lebih dari setengahnya merupakan warga asing.
(ama)