Jakarta, CNN Indonesia -- Kerusuhan terjadi di kota Sao Paolo, Brasil, menyusul pemakzulan Presiden Dilma Rousseff oleh parlemen pada Rabu malam (31/8). Para pendukung Rousseff melakukan pembakaran dan bentrok dengan polisi Brasil.
Reuters memberitakan, para pendukung Rousseff menentang pemakzulan tersebut dan melakukan perusakan di jalanan Sao Paolo. Demonstran yang memakai tutup wajah ini membakar bangunan dan merusak kendaraan di jalanan kota terbesar di Brasil itu.
Cuplikan televisi menunjukkan demonstran menghancurkan kaca-kaca jendela, menghancurkan toko-toko dan membakar tong sampah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tindakan ini dibalas oleh tembakan gas air mata oleh aparat, polisi juga menegakkan barikade menuju jalanan utama kota tersebut.
Aksi protes pemakzulan ini pecah setelah parlemen memutuskan dalam voting dengan hasil 61-20 bahwa Rousseff harus hengkang setelah dugaan kasus keterlibatan suap dan korupsi mendera dirinya dan Partai Pekerja.
Michael Temer, mantan wakil presiden yang menjabat presiden sementara sejak Rousseff ditangguhkan tugasnya pada Mei lalu, akan disumpah menjadi presiden dan bertugas hingga pemilu 2018.
Dalam pidatonya yang bertujuan mengurai ketegangan di jalanan, Temer berjanji akan mengatasi pengangguran.
 Kerusuhan di Sao Paolo, Brasil. (Reuters/Ricardo Moraes) |
"Saya tidak mengatakan ini adalah tugas yang mudah, karena ada 12 juta orang pengangguran di negara ini. Ini angka yang mengerikan, dan tidak ada yang lebih tidak bermartabat dibanding pengangguran," kata Temer.
Berdiri di depan kediaman presiden, di hadapan para pendukungnya, Rousseff menegaskan dirinya tidak bersalah dan mengatakan pemakzulan tersebut adalah "kudeta oleh parlemen". Menurut Rousseff, parlemen dengan para elite pengusaha di belakangnya akan menghapuskan program sosial yang bertujuan mengentaskan kemiskinan di Brasil.
"Mereka pikir bisa mengalahkan kita, tapi mereka salah. Saat ini saya tidak akan mengatakan selamat tinggal. Tapi saya akan mengatakan 'Sampai jumpa nanti'," kata Rousseff.
Tidak disebutkan apa maksud perkataan Rousseff ini, namun pemakzulan tidak bisa mencegahnya untuk kembali ikut dalam pemilihan presiden dalam pemilu mendatang.
(den)