Jakarta, CNN Indonesia -- Orang tua yang memiliki anak usia sekolah di Singapura tidak mau mengambil resiko terpapar virus Zika selama liburan sekolah yang berlangsung selama sepekan, dimulai sejak akhir pekan lalu.
Banyak orang tua memilih membatasi aktivitas anaknya di luar ruangan dan tidak memperbolehkan mereka keluar rumah. Selain berisiko terpapar virus Zika, para orang tua berdalih langkah ini ditempuh untuk mempersiapkan ujian akhir tahun yang dimulai bulan ini.
Menurut laporan
The Strait Times pada Senin (5/9), hanya sedirit orang tua yang membawa anak mereka berpelesir singkat ke sejumlah destinasi wisata terdekat untuk mengurangi resiko terinfeksi virus zika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya Derek Chen, seeseorang yang tinggal dekat perumahan Aljunied Crescent dan Sims Drive, menyatakan bahwa dia akan mengambil cuti dan memboyong keluarganya selama tiga hari ke Bintan, Riau.
"Kami tidak mau mengambil resiko apapun," tambah pria berumur 40 tahun tersebut. "Lebih baik kami menjauh untuk sementara ini."
Orang tua lainnya, seperti ibu rumah tangga bernama Melissa Lee, 44, berkata anaknya akan menghabiskan waktu libur sekolahnya di rumah.
Dia menuturkan, keluarganya juga akan mengambil peralatan yang diperlukan. Sebelumnya dia sudah memasang kawat nyamuk, losion nyamuk, dan semprotan nyamuk.
Lee, yang memiliki dua anak yang berusia 7 dan 9 tahun itu mengaku ia akan menutup semua jendela dan menghidupkan pendingin ruangan di rumahnya. "Saya sudah menyuruh anak saya untuk bermain di dalam rumah saja dan menghindari pergi ke taman atau tempat bermain dekat rumah," katanya.
"Jika kami terpaksa ke luar, saya akan memastikan mereka sudah menggunakan losion pengusir serangga dan rompi anti nyamuk," ujar Lee.
Seorang marketing eksekutif, Samantha Tan, 45, yang mempunyai anak berusia 9 dan 11 tahun juga mengambil cuti kerja untuk memastikan anak-anaknya tidak berkeliaran di luar rumah.
"Saya khawatir jika anak-anak saya bermain di luar, karena itu akan meningkatkan resiko mereka terkena gigitan nyamuk. Lebih baik kami berada di rumah. Setidaknya pikiran kami tenang," tuturnya.
Sementara itu, beberapa orang tua lain memilih tidak membiarkan situasi darurat Zika ini mempengaruhi liburan anak-anak. Seorang insiyur bernama Dan Wong, 41, misalnya, mengaki tak akan mencegah putranya yang berusia 11 tahun untuk bersenang-senang selama liburan.
Meski membiarkan putranya bermain di luar rumah kapanpun ia mau, Wong akan selalu mengawasi dari dekat.
"Anak-anak butuh bermain di luar ruangan untuk mengurangi stres, terutama selama musim ujian. Namun mengambil tindakan pencegahan dengan hanya berada di tempat yang aman juga keputusan yang baik," kata Wong menambahkan.
Menurut laporan bahwa pihak berwenang Singapura, kasus infeksi virus Zika bertambah lagi pada Minggu (4/9), membuat total infeksi sebanyak 242 kasus.
Bagi wanita hamil, zika bisa menyebabkan kelainan janin. Bayi dengan ibu penderita zika bisa menderita mikrosephalus, penyakit kelainan ukuran otak dan kepala.
Kaitan antara virus Zika dan kasus mikrosephalus terjadi di Brazil, di mana terdapat 1.800 kasus mikrosephalus sejak virus Zika mewabah di negara itu.
(ama)