Jakarta, CNN Indonesia -- Para pemimpin negara ASEAN memilih untuk menghindari pembahasan soal putusan pengadilan arbitrase internasional yang menampik klaim China di Laut China Selatan, dalam pertemuan KTT ASEAN di Vientinne, Laos, pekan ini. Tindakan ini menyusul keputusan para menteri luar negeri ASEAN untuk tidak menyinggung perkara sengketa maritim tersebut dalam komunike bersama ASEAN Juli lalu.
Rancangan komunike ASEAN, yang didapatkan
Reuters pada Senin (5/9), atau sehari sebelum dimulainya pertemuan pemimpin negara ASEAN di ibu kota Vientiane, akan berisi delapan poin penting soal Laut China Selatan.
Namun, komunike itu sama sekali tidak menyinggung putusan pengadilan yang diajukan Filipina pada 2013 untuk menantang klaim China di salah satu jalur perdagangan tersibuk di dunia itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rancangan komunike itu berisi satu poin baru soal Laut China Selatan, yakni menyamnut peresmian hotline dan protokol komunikasi bertajuk Code for Unplanned Encounters at Sea (CUES) yang akan ditandangani oleh para pemimpin ASEAN. Protokol ini bertujuan untuk menghindari potensi konfrontasi antar-kapal angkatan laut di perairan sengketa Laut China Selatan.
Putusan pengadilan yang diumumkan pada Juli lalu segera direspon negatif oleh China. Negeri Tirai Bambu itu menilai pengadilan yang berbasis di Den Haag, Belanda, itu tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan perkara maritim di Laut China Selatan.
Setelah putusan diumumkan, Filipina mencoba melobi negara ASEAN dalam pertemuan para menteri luar negeri di Laos pada Juli lalu, agar komunike ASEAN mencantumkan hasil putusan tersebut. Namun, Kamboja, salah satu negara ASEAN yang merupakan sekutu China, menentang upaya tersebut.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte juga sebelumnya menegaskan ia tak akan menyinggung soal sengketa maritim dengan China pada pertemuan di Laos. Meski demikian, hanya beberapa hari sebelum bertolak ke Laos, Duterte sempat dengan geram mendesak China untuk menjelaskan kehadiran sejumlah kapalnya di Scarborough Shoal, wilayah yang diklaim oleh China dan Filipina.
Pertemuan pemimpin ASEAN di Laos tidak hanya dihadiri oleh negara-negara ASEAN, namun juga oleh China, Amerika Serikat dan sejumlah pemimpin regional lainnya. Para pakar menilai pendekatan China akan mempersulit negara-negara ASEAN untuk bersatu menentang klaim Beijing yang mencapai 90 persen wilayah Laut China Selatan.
(ama)