WHO: Sri Lanka Terbebas dari Malaria

Dwi Febrina Fajrin/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 08 Sep 2016 10:04 WIB
WHO mendeklarasikan Sri Lanka terbebas dari malaria, sebuah prestasi di negara yang sempat menjadi salah satu negara dengan penjangkitan malaria terparah.
Ilustrasi nyamuk pembawa malaria. (AFP PHOTO/LUIS ROBAYO)
Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan bahwa Sri Lanka terbebas dari malaria dan menyebut hal ini sebagai prestasi membanggakan bagi kesehatan masyarakat di negara yang sempat disebut sebagai salah satu negara dengan penjangkitan malaria terparah di dunia itu.

WHO mengumumkan bahwa Sri Lanka merupakan negara kedua, setelah Maladewa, di kawasan Samudra Hindia yang berhasil menghapuskan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk itu. Tidak ada kasus malaria yang tercatat di Sri Lanka selama tiga setengah tahun terakhir.

WHO turut berkontribusi dalam mensukseskan strategi pemberantasan malaria di Sri Lanka, dengan mengerahkan sejumlah klinik berjalan, mengkampanyekan kesadaran kesehatan masyarakat, dan secara intensif memberantas parasit penyebar penyakitnya seperti nyamuk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

WHO juga menyediakan obat-obatan kepada populasi masyarakat yang mungkin secara tidak sadar membawa parasit malaria, yang bisa hidup di tubuh manusia selama lebih dari sepuluh tahun.

"Prestasi yang dicapai Sri Lanka benar-benar membanggakan. Pada pertengahan abad ke-20, Sri Lanka merupakan negara terjangkit malaria tertinggi, namun kini sudah terbebas dari malaria," ucap Direktur WHO wilayah Asia Selatan, Poonam Khetrapal Singh, pada awal pekan ini.

Malaria disebarkan oleh nyamuk anopheles, dan menjangkiti warga di negara berkembang. Lebih dari 80 persen dari 22 juta masyarakat Sri Lanka tinggal di daerah kumuh, yang merupakan tempat ideal bagi ekosistem nyamuk Anopheles berkembang biak.

Sejak 1986 hingga 1987, malaria menjadi penyakit epidemik di Sri Lanka dan lebih dari 600 ribu kasus malaria tercatat di sana. Pada 1999 saja, hampir 265 ribu kasus malaria terjadi.

Pada 2006, kasus malaria di Sri Lanka mulai menurun hingga kurang dari 1.000 kasus, dan sejak Oktober 2012 sudah tidak ditemukan lagi kasus malaria yang menyerang penduduk lokal.

"Ini adalah bukti keberanian dan kemauan dari pemimpinnya, pencapaian yang besar ini hanya bisa diraih ketika tindakan untuk mencapai target benar-benar dilaksanakan. Hal ini juga menunjukkan pentingnya melakukan pendekatan dengan komunitas akar rumput dan seluruh warga untuk mewujudkan pencapaian dramatis di bidang kesehatan maysrakat," kata Singh.

Namun WHO juga mengingatkan agar Sri Lanka tetap waspada dengan melakukan pengawasan ketat pada wisatawan yang berpotensi membawa penyakit itu lagi ke Sri Lanka.

Hampir separuh dari populasi di dunia beresiko terjangkit Malaria. Menurut laporan tahun 2015, sudah ada 214 juta kasus malaria di seluruh dunia, dan 438 ribu jiwa dilaporkan meninggal. Setidaknya ratusan ribu anak-anak tewas akibat Malaria setiap tahunnya.

Sub-Sahara Afrika menjadi tempat dengan kasus malaria tertinggi, dengan hampir 90 persen kasus dan kematian akibat malaria sedunia di atas berasal dari Afrika.

Penyakit ini dapat dicegah dan disembuhkan. Sejak tahun 2000, peningkatan dalam upaya mencegah penyakit malaria dapat mengurangi jumlah kematian akibat penyakit ini hingga 60 persen.

Namun di Asia Tenggara, parasit penyebab malaria telah berevolusi menjadi kebal terhadap obat malaria paling efektif yang pernah diciptakan, dan para ilmuwan khawatir parasit tersebut menyebar ke Afrika. (ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER