Ibu Bunuh Empat Anak karena Miskin Picu Perdebatan di China

Denny Armandhanu/AFP | CNN Indonesia
Rabu, 14 Sep 2016 08:27 WIB
Kasus pembunuhan empat anak oleh ibunya sendiri karena kemiskinan mengejutkan China yang tengah gembira dengan perkembangan ekonominya yang pesat.
Ilustrasi (Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak kuat menanggung beban kemiskinan, seorang ibu di China membunuh empat orang anaknya lalu bunuh diri. Kasus ini menuai perdebatan soal kesenjangan sosial di China, salah satu negara dengan perekonomian terbesar dunia.

Diberitakan AFP, Selasa (13/9), Yang Gailan membunuh tiga orang putri dan seorang putranya yang berusia antara 3-6 tahun dengan kapak. Seperti dituturkan kepolisian Provinsi Gansu di baratlaut China, ibu 28 tahun itu kemudian bunuh diri dengan meminum pestisida.

Yang masih hidup dan bisa bicara saat ditemukan neneknya di rerumputan dengan botol pestisida kosong di sampingnya. Mayat-mayat anak-anak malang itu tergeletak tidak jauh dari tempat itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengapa kau setidaknya meninggalkan Yifan untuk saya?" kata neneknya menangis. Yifan adalah anak tertua yang biasa berbagi tempat tidur dengan neneknya, menjadikannya kesayangan.

Yang sempat dilarikan ke rumah sakit. Dia memang tidak menolak dirawat, tapi berkali-kali mengatkan "jangan selamatkan saya". Dia meninggal dunia tidak lama kemudian.

Dua minggu kemudian setelah pemakaman, suaminya Li Keying juga bunuh diri dengan meminum racun.

Keluarga mereka termasuk yang termiskin di desa Agushan, namun tidak mendapatkan tunjangan pemerintah. Alasannya, pendapatan keluarga Yang masih di atas ambang batas garis kemiskinan di China, yaitu 2.300 yuan atau Rp4,5 juta per tahun.

Berbagai media China melaporkan, kasus ini terjadi akibat korupsi yang menjamur. Keluarga Yang tidak mendapat tunjangan karena tidak memberi suap kepada pejabat lokal.

Lantas saja kasus ini memicu kegaduhan di media sosial.

"Kita sangat brutal, masyarakat yang memakan-manusia," bunyi tulisan sebuah poster yang diunggal di media sosial Weibo pekan ini.

Menurut Xian Songzuo, ekonom dari Bank Pertanian China di akun sosial medianya, kasus ini menggambarkan realitas kemiskinan yang parah di tengah perkembangan ekonomi China.

"Di satu sisi ada pejabat korup yang menggelapkan ratusan juta dan orang-orang kaya yang menghabiskan ribuan [yuan] setiap hari, berlomba-lomba siapa yang bisa menghabiskan uang lebih banyak, sementara di sisi lain, ada masyarakat miskin yang kehilangan asa untuk hidup," kata Xian.

China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia, namun kesenjangan sangat besar. Menurut koran Global Times yang mengutip Biro Statistik Nasional, 70 juta orang masih hidup di bawah garis kemiskinan di China, terutama di daerah perdesaan.

"Kasus ini membuat terkejut rakyat urban China yang tinggal di kota maju di timur, karena kebanyakan kami tidak bisa membayangkan ada jutaan warga China masih miskin," kata Dang Guoying, ahli pembangunan perkotaan di Akademi Ilmu Sosial China. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER