Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Turki Tayyip Erdogan menyatakan bahwa Amerika Serikat tak seharusnya menjadi "tempat berlabuh" bagi teroris seperti Fethullah Gulen, tokoh agama yang dituding mendalangi percobaan kudeta di Turki pada pertengahan Juli lalu. Erdogan juga menyerukan agar seluruh aktivitas pendukung Gulen harus di larang di semua negara.
Kecaman itu dilontarkan Erdogan dalam wawancara dengan
Reuters pada Senin (19/9), menyusul permintaan resmi dari Turki kepada AS untuk mengekstradisi Gulen yang kini tinggal dalam pengasingan di Pennsylvania. Permintaan itu tak kunjung dikabulkan, karena AS meminta bukti kepada Turki bahwa Gulen mendalangi kudeta yang menewakan lebih dari 200 orang itu.
Erdogan mengatakan Washington "tidak memiliki alasan" untuk tetap mengizinkan Gulen tinggal di AS. "Jika AS adalah sekutu strategis kami dan mitra NATO kami, maka mereka seharusnya tidak membiarkan teroris seperti Gulen menjalankan organisasinya," kata Erdogan, di sela-sela pertemuan tahunan para pemimpin dunia di PBB, New York.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan itu, Erdogan juga menyatakan status keadaan darurat selama tiga bulan yang diumumkan oleh otoritas Turki usai percobaan kudeta itu dapat diperpanjang oleh parlemen.
"Status ini bisa diperpanjang selama tiga bulan atau satu bulan, terserah kepada parlemen untuk memutuskan tentang hal itu," ujarnya.
Gulen merupakan mantan teman Erdogan yang kemudian menjadi rivalnya. Otoritas Turki menuding Gulen membangun jaringan pengikut yang luas dan menyusup ke militer serta pegawai negeri sipil Turki selama beberapa dekade terakhir, dengan tujuan mengambil alih kekuasaan.
Dalam wawancara itu, Erdogan kembali menegaskan pandangannya terhadap konflik Suriah, yakni bahwa perdamaian tidak akan tercipta jika Presiden Bashar al-Assad tidak lengser.
"Masa depan Suriah harus ditentukan oleh rakyatnya sendiri. Mengapa pembunuh ini (Assad) didukung oleh beberapa negara? Assad tidak bisa menjadi bagian dari masa transisi, dunia harus menemukan solusi yang tidak melibatkan Assad," kata Erdogan.
"Integritas wilayah Suriah harus dihormati oleh negara-negara lain," tegasnya.
Meski demikian, Erdogan sebelumnya berjanji akan mempererat hubungan dengan Rusia, salah satu negara pendukung Assad dalam konflik Suriah. Dalam pertemuannya dengan Putin pada pertengahan Agustus lalu, Erdogan berjanji akan membuka lembaran baru dengan Putin dan meredakan ketegangan kedua negara uisai penembakan jet tempur Rusia oleh Turki pada November lalu.
Sementara itu, terkait pengajuan Turki untuk menjadi anggota Uni Eropa, Erdogan menyinggung kesepakatan soal antara Turki dengan blok 27 negara Eropa itu. Erdogan menyatakan, "Turki telah memenuhi janjinya mengenai proses keanggotaan Uni Eropa. Itu adalah [kesepakatan] dua arah dan Uni Eropa harus memenuhi janjinya."
"Kami belum menyimpulkan proses ini, kami ingin Uni Eropa bersikap jujur tentang proses ini," katanya.
(ama/stu)