Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Homs, Suriah, mengatakan bahwa evakuasi beberapa ratus anggota pemberontak dari basis terakhir mereka di kota itu akan ditunda beberapa hari karena kesulitan mengamankan jalur.
Evakuasi itu seharusnya dijadwalkan pada Senin kemarin ke Provinsi Idlib. Ini disebut sebagai bagian upaya pemerintah Suriah membuat kesepakatan dengan pemberontak di wilayah terkepung (di Homs) agar bisa mencapai wilayah Idlib yang dikuasai oleh kelompok pemberontak.
“Jika kondisinya baik, evakuasi pejuang dan keluarga mereka akan langsung dilakukan,” kata Gubernur Homs Talal Barazi pada Senin malam.
Barazi mengatakan evakuasi akan dilakukan dengan 22 bus, untuk mengantarkan sekitar 300 pemberontak serta keluarga mereka, total sekitar 1000 orang. Evakuasi sendiri diharapkan akan selesai dalam dua hingga tiga hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Penundaan ini karena alasan logistik, dilakukan untuk tiba dengan selamat kelompok pemberontak yang akan meninggalkan al-Waer,” kata Barazi.
Kelompok oposisi di Suriah mengatakan bahwa mereka menentang proses evakuasi semacam ini. Bulan lalu, kesepakatan serupa berujung pada penyerahan diri kelompok pemberontak di Daraya, daerah di pinggiran Damaskus.
Aktivis oposisi di al-Waer , Osama Abu Zeid, mengatakan bahwa komite negosiasi di sana sepakat dengan pemerintah tahun lalu untuk menghadirkan PBB dalam proses evakuasi. Jika tidak, maka mereka akan menolak evakuasi.
“Kami tak percaya rezim [Bashar al-Assad],” kata Abu Zeid. “Itulah sebabnya orang-orang tak mau pergi.”
Pada Senin malam, militer Suriah mengumumkan bahwa gencatan senjata sepekan yang digagas oleh Amerika Serikat dan Rusia telah berakhir. Menyusul itu, pemerintah Suriah dan Rusia langsung melancarkan serangan udara, yang diduga mengenai konvoi bantuan kemanusiaan PBB di dekat Aleppo.
(stu)