Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Presiden George H.W. Bush mengungkapkan bahwa ia akan memilih capres dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dalam pemilu presiden pada 8 November 2016 mendatang. Keputusan ini semakin menguatkan dugaan perpecahan di antara kubu Republik terkait pencalonan Donald Trump sebagai capres dari partai tersebut.
Pernyataan itu dilontarkan Bush dalam pertemuan antara anggota dewan Points of Light Foundation yang digelar pada Senin (19/9), ketika sedang berbicara kepada Kathleen Hartington Kennedy Townsend, keponakan dari mantan presiden AS, John F. Kennedy dan mantan wakil gubernur Maryland.
Komentar Bush itu diungkapkan oleh sejumlah sumber
CNN yang menghadiri acara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan Bush, yang merupakan tokoh senior Partai Republik dan presiden AS ke-41, untuk memilih Clinton ketimbang Trump merupakan babak baru dalam persaingan antara dua partai terbesar di kancah perpolitikan AS, Republik dan Demokrat.
Keputusan ini juga menjadi sangat fenomenal karena terungkap hanya sekitar 49 hari sebelum pilpres digelar, dan kurang dari sepekan sebelum Clinton dan Trump akan bertarung pendapat dalam acara debat capres pertama.
Berita soal dukungan Bush kepada Clinton juga tersebar melalui foto Kennedy Townsend dengan George H.W. Bush, yang berjudul, "Presiden mengatakan kepada saya dia memilih untuk Hillary!!" di akun Facebook Townsend.
Perwakilan keluarga Bush menolak untuk menanggapi kabar ini secara terbuka. "Presiden Bush akan berperan sebagai warga negara dalam pemilihan umum yang berlangsung sekitar 50 hari ke depan. Ia tidak akan mengomentari soal pemilihan presiden sementara ini," bunyi pernyataan dari juru bicara Bush, Jim McGrath.
Townsend juga menolak berkomentar melalui juru bicara di Rock Creek Group, lembaga di mana ia bekerja sebagai direktur. Ia juga kemudian menghapus unggahan foto tersebut.
Dukungan Bush kepada Clinton semakin menguatkan dugaan perpecahan di kubu Republik terkait pencalonan Trump sebagai capres dari partai tersebut. Bukti lain adalah ketika tokoh partai Republik lainnnya, Mitt Romney kerap mengejek Trump dalam berbagai pidatonya atau tulisan di akun Twitter miliknya. Romney menyebut Trump tidak pantas menjadi capres.
Selama ini, baik George HW Bush atau putranya George W. Bush, yang merupakan presiden AS ke-43, selalu bungkam terkait pemilu presiden mendatang, utamanya setelah putra Bush, Jeb Bush, gagal menjadi capres. Bahkan, ketika Trump kerap menyinggung keputusan Bush untuk berperang di Irak, kedua tokoh Republik itu tetap bergeming.
Meski demikian, dukungan Bush kepada Clinton itu sepertinya tidak merepresentasikan keluarga Bush seluruhnya.
CNN mencatat bahwa Marvin Bush, putra bungsu sang mantan presiden, menyatakan bahwa dia akan memilih capres dari Partai Libertarian, Gary Johnson. Sementara, George P. Bush, cucu dari George H.W. Bush, mengaku akan mendukung Trump.
Hubungan politik antara keluarga Bush dan Clinton bermula sejak 1992, ketika suami Hillary, Bill Clinton, mencalonkan diri sebagai presiden, yang kemudian menggantikan Bush. Delapan tahun kemudian, Clinton kemudian digantikan oleh putra Bush, George W. Bush, yang saat itu berjanji untuk "memulihkan kehormatan dan martabat" Gedung Putih, setelah skandal perselingkuhan Bill dengan Monica Lewinsky terungkap.
Sejak itu, Bill Clinton dan George H.W. Bush kerap terlihat menghadiri beberapa acara amal yang sama. George W. Bush bahkan sempat menyebut Bill Clinton "saudara dari ibu lain," dan Clinton menyatakan keduanya sering berbagi pengalaman sebagai kakek.
Dugaan perpecahan di Partai Republik juga menguat ketika tak ada satu pun mantan presiden Bush menghadiri Konvensi Nasional Partai Republik di Cleveland, ajang yang mengesahkan Trump sebagai capres dari Republik.
Manajer kampanye Trump, Kellyanne Conway, menyatakan kepada
CNN pada Selasa (20/9) bahwa ia menghormati "keputusan mantan presiden berusia 92 tahun itu."
"Sungguh ironis bahwa ia akan memilih istri dari orang yang membuatnya lengser dari pemerintahan," ujarnya.
(ama)