Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Ali Akbar Salehi, mengaku yakin bahwa kesepakatan nuklir yang disepakati antara Iran dengan enam negara kuat akan tetap ditaati dan diterapkan, jika Donald Trump memenangi pemilihan umum pada November mendatang dan terpilih menjadi presiden Amerika Serikat.
Kekhawatiran soal kesepakatan nuklir Iran jika AS berada di bawah kepemimpinan Trump mengemuka sejak taipan
real-estate ini kerap mencerca kesepakatan yang diresmikan pada pertengahan tahun lalu. Dalam setiap kampanyenya, Trump kerap menyebut perjanjian itu "kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan" dan menilai dapat menyebabkan "bencana nuklir."
Meski demikian, Trump mengaku akan sulit untuk mengingkari kesepakatan yang sudah diabadikan dalam resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perihal kesepakatan nuklir juga selalu digunakan Trump untuk mencerca rivalnya dari Demokrat, Hillary Clinton, yang menurutnya turut membantu membuka jalan bagi perundingan nuklir yang berujung pada kesepakatan itu. Pasalnya, Clinton menjabat sebagai menteri luar negeri AS periode 2009-2013.
Namun, Salehi mengecilkan kemungkinan bahwa Trump mungkin berpaling dari kesepakatan itu.
"Saya pikir siapa pun yang menjabat sebagai presiden di Amerika Serikat harus memimpin sesuai dengan kenyataan di lapangan," katanya dalam diskusi panel di Wina, Austria, dikutip dari
Reuters, Rabu (28/9).
"Anda bisa (menggunakan) banyak kata, slogan, tetapi kemudian Anda harus melihat realita," ujarnya, terkait kampanye Trump yang mencerca kesepakatan nuklir.
Salehi mengatakan kesepakatan itu sudah termasuk mekanisme yang akan diterapkan jika salah satu pihak melanggar perjanjian.
"Saya tidak berpikir (kesepakatan nuklir itu akan menerima) dampak serius (dari Trump). Mungkin ada ketidaksepahaman di sana sini, mungkin akan menghambat sejumlah hal, tapi itu tidak akan memengaruhi (kesepakatan itu) secara signifikan," ujarnya.
Iran, bersama dengan negara P5+1, yakni Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Perancis, China, Jerman beserta Uni Eropa menandatangani kesepakatan nuklir pada pertengahan 2015 lalu. Dalam kesepakatan itu, Iran berjanji menghentikan program persenjataan nuklirnya.
Sebagai imbalan, AS akan mencabut sejumlah sanksi ekonomi yang sebelumnya dijatuhkan kepada negara Republik Islam itu. (ama)