Pembelian Keledai China Sebabkan Masalah di Afrika

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Sabtu, 01 Okt 2016 02:13 WIB
Gelatin keledai adalah ramuan kunci obat tradisional China. Jumlah keledai di China berkurang, Beijing mulai membeli dari Afrika dan menyebabkan masalah.
Ilustrasi. (Thinkstock/Lenar Musin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gelatin dari keledai merupakan ramuan kunci dari obat tradisional China, ejiao, yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, mulai dari flu hingga insomnia.

Namun seiring dengan perkembangan industri yang bergerak menjauhi agrikultur tradisional, jumlah keledai berkurang drastis. Data statistik menunjukkan populasi keledai menurun dari 11 juta menjadi enam juta ekor selama dua dekade.

Kini, China pun mulai mencari pasokan keledai dalam jumlah besar dari Afrika untuk meningkatkan cadangannya. Baru saja pasar ini berkembang, berbagai rintangan langsung mengadang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baru-baru ini, Nigeria melarang ekspor keledai menyusul pesatnya penjualan ke China. Pejabat pemerintah melaporkan, 80 ribu keledai terjual sepanjang 2016 ini, meningkat jauh ketimbang tahun lalu yang hanya mencapai 27 ribu ekor.

Pemerintah Nigeria pun memperingatkan bahwa jika mengikuti tren belakangan ini, populasi keledai akan berkurang drastis.

Pada Agustus lalu, Burkina Faso mengambil langkah serupa setelah 45 ribu keledai terjual dalam enam bulan. Populasi keledai di Burkina Faso sendiri hanya mencapai 1,4 juta.

Di kedua negara itu, nilai keledai memang melesat dan industri tersebut mulai mendatangkan keuntungan besar. Namun, pertumbuhan itu dibayar dengan harga mahal.

Selain berdampak buruk terhadap jumlah populasi keledai, industri ini juga menyebabkan masalah lingkungan dan ekonomi.

Menjamurnya tempat penjagalan hewan mendapat kritik dari banyak pihak. Di Desa Burkinable di Balole, petani lokal dilaporkan diserang dan rumah jagalnya ditutup karena darah dan bagian tubuh keledai mengontaminasi air di daerah tersebut.

Maraknya penjualan keledai juga menarik perhatian petani dari sektor perdagangan ternak lain. Akibatnya, terjadi inflasi di sektor perdagangan ternak.

"Di Niger dan Burkina Faso, meningkatnya nilai keledai dan daging menyebabkan dampak inflasi ke sektor lain. Harga hewan lain meningkat karena ada ketidakseimbangan dalam ekonomi," ucap seorang ahli perekonomian, Emmanuel Igbinoba, seperti dikutip CNN.

Menurut penggagas Proyek China Afrika, Eric Olander, semua ini dapat terjadi karena tak ada regulasi yang cukup tegas untuk mengatur penjualan keledai.

"Layaknya hewan ternak lain, bahan mentah dan sumber daya lain, skala permintaan dari China sering kali sangat tinggi sehingga mengalahkan pasokan sumber daya. Pemerintah yang mengatur perdagangan dengan China memiliki tanggung jawab kepada rakyatnya untuk meregulasi perdagangan agar tidak menguras sumber daya lainnya ke titik di mana itu mulai merugikan rakyat," katanya.

Olander kemudian mengatakan bahwa pasar ini sebenarnya potensial, tapi pemerintah di negara-negara Afrika harus dapat mengaturnya dengan baik.

"Ada permintaan stabil terhadap gelatin. Jika negara-negara Afrika dapat mengaturnya dengan baik, dengan standar tinggi pemotongan hewan, dan melatih orang bagaimana memelihara binatang ini, keledai dapat menjadi sumber pendapatan yang penting," kata Olander. (stu/stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER