Jakarta, CNN Indonesia -- Calon wakil presiden bagi Donald Trump, Mike Pence, menyebut Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebagai pemimpin "kecil dan pengintimidasi" dalam acara debat dengan rivalnya dari Partai Demokrat, Tim Kaine, pada Selasa (4/9).
Dalam satu sesi debat dengan calon wakil bagi Hillary Clinton tersebut, Pence awalnya mengkritik intervensi Rusia dalam perang sipil di Suriah untuk mendukung Presiden Bashar Al-Assad.
Rusia terus melakukan gempuran di Aleppo setelah gencatan senjata berakhir pada dua pekan lalu. Serangan itu dilaporkan turut mengorbankan banyak warga sipil, terutama karena adanya rumah sakit yang terkena gempuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemimpin kecil dan pengintimidasi itu sekarang mendikte Amerika Serikat. Bangsa terhebat di dunia mundur dari pembicaraan gencatan senjata, sementara Vladimir Putin mengerahkan sistem pertahanan rudal di Suriah," ujar Pence seperti dikutip
Reuters.
Pernyataan ini sontak membuat publik bertanya-tanya mengenai arah politik Partai Republik terhadap Putin. Pasalnya, dalam sejumlah kampanye selama ini, Trump selalu memuji Putin, bahkan menyebut mereka dapat bekerja sama dengan baik.
Partai Demokrat pun dengan cepat menanggapi pernyataan Pense ini. "Tiba-tiba kami mendengar omongan keras mengenai Vladimir Putin. Ini benar-benar bertolak belakang dari apa yang selalu dikatakan Trump," ucap manajer kampanye Clinton, Robby Mook.
Selain masalah hubungan dengan Rusia, kedua cawapres juga berdebat mengenai banyak isu. Debat ini pun diwarnai saling serang yang intens.
Pence dinilai berusaha keras membentuk citra kehadiran Trump yang bombastis. Sementara itu, Kaine mencoba menggiring publik agar tak memilih Trump dan membuat Clinton terlihat lebih terpercaya.
Kaine menyebut Trump sebagai bahaya bagi keamanan nasional AS. Menurut Kaine, Trump merupakan orang yang merendahkan perempuan dan minoritas.
Salah satu serangan telak Kaine adalah ketika mengungkit masalah Trump yang tidak merilis rekam pajaknya.
Pekan lalu, New York Times melaporkan bahwa Trump mencatat kerugian fiskal sebesar US$916 juta pada 1995 lalu dan akibatnya dia diduga menghindar dari pembayaran pajak federal selama 18 tahun.
"Pence harus meminta Trump merilis rekam pajaknya untuk menunjukkan apakah dia memenuhi kualifikasi menjadi presiden," ucap Kaine.
Membela capresnya, Pence mengatakan bahwa Trump sebagai pengembang real estate sudah menciptakan ribuan lapangan pekerjaan dan mematuhi hukum pajak sebagaimana mestinya.
"Mengapa dia tidak merilis rekam pajaknya?" tanya Kaine menyerang balik.
(den)