Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Rodrigo Duterte boleh jadi menuai kecaman dari negara Barat karena kebijakannya yang dinilai brutal di Filipina, namun di negara itu dia ternyata dicintai rakyat.
Hal ini dibuktikan dalam hasil jajak pendapat lembaga Social Weather Stations yang dirilis di 100 hari kepemimpinan Duterte, Kamis (6/9) yang dikutip dari
Inquirer.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 24-27 September lalu, 76 persen dari total 1.200 responden mengaku puas akan kinerja Duterte. Hanya 11 persen menyatakan kurang puas dan sisanya tidak memutuskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, mayoritas responden atau 912 orang mengaku mendukung kebijakan Duterte, termasuk dalam memerangi narkotika yang telah menewaskan lebih dari 3.000 orang.
Duterte memenangkan Pemilu Filipina pada Mei lalu dengan total suara 37,6 persen dan dilantik presiden pada akhir Juni lalu. Duterte merupakan politisi lokal yang berhasil memenangkan pemilu presiden dengan janji utamanya yakni memberantas kejahatan kriminal dalam waktu enam bulan.
Pria 71 tahun ini dalam kampanye berjanji tidak akan segan-segan membunuh ribuan orang yang terlibat dalam pengedaran dan penggunaan narkoba. Bahkan, ia menjanjikan hadiah besar bagi polisi atau warga yang bisa membunuh bandar narkotika.
Pekan lalu, bahkan Duterte menyatakan dengan senang hati membantai 3 juta pecandu narkoba. Ia juga menyamakan dirinya dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler yang memusnahkan orang-orang Yahudi di Eropa.
Kebijakan Duterte yang dianggap brutal menuai Amerika Serikat, PBB, Uni Eropa dan berbagai lembaga HAM.
Duterte juga terkenal dengan mulutnya yang pedas. Dia pernah menyebut Barack Obama "anak pelacur" dan mengatakan kepada presiden Amerika Serikat itu "pergi sana ke neraka." Kepada Uni Eropa, dia mengangkat jari tengah, sementara Sekretaris Jenderal PBB dilabelinya sebagai orang "bodoh."
(den)