Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Turki dan Rusia memulai upaya normalisasi hubungan bilateral setelah renggang akibat ketegangan militer di perbatasan Suriah. Salah satu wujud mulai akurnya kedua negara adalah disepakatinya kerja sama pipa gas.
Seperti diberitakan Reuters, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di sebuah villa peninggalan zaman Ottoman di Istanbul. Dalam pertemuan itu, kedua pemimpin membicarakan peningkatan kerja sama energi, perdagangan, pariwisata dan pertahanan, serta konflik di Suriah. Untuk isu Suriah, kedua negara terlibat seteru sengit.
"Hari ini seharian saya bersama dengan Presiden Putin mendiskusikan hubungan Rusia-Turki. Saya sangat yakin normalisasi hubungan Turki-Rusia akan berlanjut dengan cepat," kata Erdogan dalam konferensi pers bersama Putin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan itu membuahkan kesepakatan pembangunan pipa gas bawah laut TurkStream. Proyek ini akan memberikan Putin kekuatan lebih besar dalam menguasai pasar gas Eropa serta memungkinkan pemangkasan pasokan energi melalui Ukraina, rute utama energi Rusia ke Eropa.
Rusia beralih ke Turki setelah rencana membangun pipa gas South Stream di Bulgaria dibatalkan akibat penentangan dari Uni Eropa, yang perlahan ingin mengurangi ketergantungan energi dari Rusia.
Erdogan juga mengatakan rencana Rusia membangun pabrik nuklir di Turki akan dipercepat. Sebelumnya, proyek pembangkit nuklir Akkuyu terhambat akibat ketegangan kedua negara. Proyek ini dimulai pada 2013 saat perusahaan nuklir Rusia Rosatom memenangkan tender US$20 miliar untuk membangun empat reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki.
Sebelumnya hubungan Turki-Rusia mencapai titik terendah usai tragedi penembakan pesawat Sukhoi di perbatasan Suriah pada November 2015 lalu. Menurut Turki, jet tempur Rusia itu melanggar batas wilayah dan telah diperingati sebelum akhirnya ditembak jatuh. Seorang pilot Rusia tewas dalam peristiwa ini.
Belakangan sikap Putin dan Erdogan melunak. Putin mencabut larangan impor makanan dari Turki dan kedua pemimpin siap melakukan menormalisasi hubungan, terutama setelah keduanya terlibat ketegangan dengan negara-negara Barat.
Konflik Suriah akan menjadi ganjalan dalam upaya normalisasi hubungan. Baik Turki dan Rusia berseberangan dalam konflik berdarah yang telah berlangsung selama lima tahun itu. Erdogan mengakui bahwa itu "sangat sensitif" namun dia membicarakannya juga dengan Putin.
"Kami berdiskusi, bagaimana bekerja sama dalam masalah ini, terutama menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Aleppo, strategi apa yang akan kami ambil sehingga rakyat Aleppo bisa damai," kata Erdogan.
"Kami punya sikap yang sama bahwa semua hal harus dilakukan untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Aleppo. Masalahnya adalah, bagaimana menjamin keselamatan penyaluran bantuan," ujar Putin.
(den)