Jakarta, CNN Indonesia -- Turki kembali menangguhkan sebanyak 12.801 polisi yang diduga terkait dengan tokoh agama Fethullah Gulen.
Penangguhan ini dilakukan beberapa jam setelah Turki mengumumkan perpanjangan status darurat selama tiga bulan sejak percobaan kudeta yang gagal pada pertengahan Juli lalu.
Dalam pernyataannya, markas besar kepolisian nasional Turki mengatakan 2.523 di antara 12.801 tersebut merupakan kepala polisi. Jumlah ini merupakan lima persen dari jumlah keseluruhan polisi Turki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka “telah dinilai berkomunikasi atau memiliki kaitan dengan Organisasi Teror Gulen, yang diidentifikasi sebagai ancaman terhadap keamanan nasional,” bunyi pernyataan polisi, Selasa (4/10).
Turki menganggap gerakan Gulen sebagai gerakan teroris yang mendalangi upaya kudeta yang menewaskan lebih dari 200 orang, meski Gulen sendiri membantah terlibat. Gulen berada di pengasingan di Pennsylvania sejak 1999.
Kantor berita pemerintah Anadolu juga melaporkan terdapat 37 orang yang bekerja di Kementerian Dalam Negeri dimutasi dari jabatan mereka. Tidak jelas apakah mutasi ini berkaitan dengan penangguhan polisi.
Sejak kudeta, Presiden Tayyip Erdogan memecat atau menangguhkan sekitar 100 ribu orang di lembaga militer, peradilan, kepolisian, layanan publik, hingga universitas. Sebanyak 32 orang lainnya ditahan.
Sebelumnya, wakil perdana menteri dan juru bicara pemerintah Turki Numan Kurtulmus mengumumkan bahwa status darurat negara diperpanjang hingga 90 hari setelah seharusnya berakhir pada 19 Oktober 2016.
Kurtulmus mengatakan bahwa perpanjangan itu akan mengizinkan Turki untuk membersihkan “organisasi teroris” yang merujuk kepada gerakan Gulen.
Pada Minggu, polisi kontraterorisme Turki juga menahan saudara Gulen, Izmir. Beberapa kerabat Gulen termasuk dua keponakan, beberapa sepupunya, telah ditahan sejak Juli lalu.
(stu)