Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Ethiopia menetapkan status negara dalam keadaan darurat sejak akhir pekan lalu akibat aksi protes anti-pemerintah yang berlangsung sejak beberapa bulan lalu.
Dilaporkan
CNN pada Senin (10/10), ini merupakan kali pertama status darurat ditetapkan di Ethiopia sejak partai yang berkuasa menjabat di pemerintan sejak 25 tahun lalu.
Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn menyatakan pemerintah telah mengerahkan sejumlah langkah guna meredam eskalasi protes. Status darurat dikeluarkan setelah dewan menteri mempertimbangkan dampak kerusakan dan korban akibat protes berkepanjangan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin mengakhiri dampak kerusakan infrastruktur dan fasilitas publik negara," ujar Desalegn.
Berdasarkan laporan media lokal, mayoritas demonstran berasal dari kelompok etnis Oromo. Etnis Oromo merupakan kelompok etnis terbesar di Ethiopia, dengan populasi terbilang dominan, sekitar sepertiga dari 100 juta penduduk Ethiopia. Namun, warga etnis Oromo kerap termarginalkan oleh pemerintah Ethiopia sendiri.
Aksi protes terjadi menyusul kebijakan pembangunan pemerintah Ethiopia yang dinilai mengambil alih lahan petani Oromo. Demonstrasi telah menyebabkan 52 warga meninggal pada festival 'Irreechaa', festival adat Oromo yang digelar pada 2 Oktober lalu.
Menurut para aktivis di Ethiopia, data yang menyebutkan bahwa korban berjumlah 52 orang patut dipertanyakan. Pasalnya, temuan para aktivis memaparkan jumlah korban aksi protes telah mencapai 500 jiwa, akibat serangkaian kekerasan yang dilakukan para pasukan keamanan.
Berdasarkan laporan para aktivis, petugas keamanan pemerintah Ethiopia kerap menembakkan peluru dan gas air mata ke arah kerumunan demonstran.
Namun, pemerintah membantah aksi penembakan itu. Pemerintah Ethiopia malah menyalahkan para 'pengacau' yang menyebabkan bentrokan terjadi.
Menurut Menteri Komunikasi Ethiopia, Getachew Reda, sebagian besar pasukan keamanan sehingga bisa dipastikan tidak ada kekerasan yang dilakukan petugas kepada para demonstran
"Tidak ditemukan luka tembakan pada jenazah para korban aksi protes. Mereka tewas karena terinjak-injak," tutur Reda.
Sementara itu, pemerintah juga telah memblokir layanan internet dan seluruh media sosial di negara bagian Oromia. Oromia merupakan wilayah regional terbesar di Ethiopia.
(ama)