Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Luar Negeri RI menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak pernah membayar uang tebusan dalam upaya pembebasan warga negara Indonesia dari penyanderaan perompak Somalia selama 4,5 tahun. Kemlu menegaskan, upaya pembebasan dilakukan melalui perundingan dan negosiasi panjang.
Pernyataan ini dilontarkan Kemlu menyusul pembebasan empat anak buah kapal WNI yang disandera perompak Somalia sejak Maret 2012. Keempatnya merupakan bagian dari 26 sandera yang dibebaskan pada akhir pekan lalu.
"Tujuan penyanderaan kan memang untuk minta tebusan. Tapi (bayar tebusan) bukan kebijakan kita. Kami tidak pernah membayar tebusan pada pembajak," tutur Arrmanatha di Kemlu, Senin (24/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal menyebutkan bahwa pada awalnya para perompak sempat meminta tebusan sebesar US$20 juta, atau sekitar Rp260 miliar, kepada pemerintah negara asal para sandera.
Namun, setelah masing-masing negara melakukan negosiasi yang dibantu oleh PBB dan organisasi internasional, kata Iqbal, para sandera berhasil dibebaskan.
"Awalnya minta tebusan US$20 juta lalu jadi US$10 juta. Perusahaan sudah bangkrut dan agen tidak bertanggung jawab. Akhirnya pemerintah harus turun tangan. Atas upaya bersama antar Indonesia dan dunia internasional, khususnya PBB, kami bisa bebaskan mereka (sandera)," ujar Iqbal.
Kronologi Pembebasan SanderaMenteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi memaparkan bahwa empat WNI yang dibebaskan merupakan bagian dari 29 awak Kapal ikan Taiwan Naham 3 berbendera Oman yang dibajak perompak Somalia pada Maret 2012 lalu. Kapal Naham dibajak di Perairan Syechelles, sekitar 114 kilometer selatan Somalia. Tiga awak kapal meninggal dunia, salah satunya seorang WNI.
Retno menjelaskan, WNI yang meninggal bernama Nasirin asal Cirebon. Ia meninggal sekitar tahun 2014 karena menderita penyakit malaria. Empat WNI yang berhasil dibebaskan antara lain Sudirman, 24, berasal dari Medan, Adi Manurung, 24, dari Medan, Elson Pesireron, 32, asal Ambon, dan Supardi, 34, dari Cirebon.
Para sandera, kata Retno, disekap di wilayah Hobyo, kemudian dipindahkan ke wilayah Budbud, yang terletak sekitar 287 kilometer dari ibu kota Mogadishu. Pembebasan sandera dilakukan pada Sabtu (22/10) sekitar pukul 13.00 waktu setempat.
Retno memaparkan bahwa setelah berhasil dibebaskan seluruh sandera dibawa oleh tim ke tempat perlindungan di wilayah Galkayo Town sebelum diangkut ke Bandara Wajir, Kenya untuk diterbangkan ke Nairobi menggunakan pesawat PBB.
(ama/den)