Jakarta, CNN Indonesia -- Jajak pendapat yang dirilis
Reuters/Ipsos pekan ini menunjukkan bahwa semakin banyak pemilih partai Republik yang mendukung capres dari Demokrat, Hillary Clinton, memenangi kursi kepresidenan Amerika Serikat pada November mendatang, ketimbang mendukung kandidat dari partai mereka sendiri, Donald Trump.
Survei yang digelar dari 20 hingga 24 Oktober dan dirilis pada Rabu (26/10) ini menunjukkan sekitar 41 persen responden dari Partai Republik mengharapkan Clinton memenangi pilpres yang akan digelar pada 8 November mendatang, unggul 1 persen ketimbang mereka yang memilih Trump.
Hasil survei ini dirilis di tengah kontroversi soal dugaan pelecehan seksual oleh Trump dan indikasi bahwa taipan real-estate itu mungkin tidak akan menerima hasil pemilu jika ia tidak menang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil survei ini mencerminkan penurunan tajam dalam kepercayaan kader Republik terhadap Trump. Padahal, survei bulan lalu menunjukkan 58 persen anggota Republik yakin capres yang diusung partainya akan menang. Saat itu, hanya 23 persen kader Republik yang menduga Clinton akan menang.
Hasil survei terbaru menunjukkan bahwa 49 persen pendukung Trump yakin ia akan menang, turun dari 67 persen simpatisan Trump pada survei bulan lalu.
"Masih ada harapan, saya kira. Saya hanya tidak begitu yakin warga Amerika akan berpendapat sama," kata Bert Horsley, 38, dari Belgrade, Montana, yang mengungkapkan ia tetap akan memilih Trump meski ia yakin Clinton akan menang.
Horsley menilai negaranya semakin menuju ke arah paham sosialis, dan para pemilih saat ini cenderung berfokus pada berbagai kontroversi seputar Trump ketimbang masalah yang dihadapi Clinton, seperti soal skandal emailnya.
"Warga bersedia mengabaikan hal-hal tertentu soal seseorang, namun tidak untuk orang lainnya," katanya.
Meski terdapat pesimisme soal kemenangan Trump, sekitar 79 persen pemilih Partai Republik menyatakan kemungkinan besar mereka akan tetap memilih konglomerat asal New York itu. Banyak pemilih Trump melakukan hal itu dengan harapan pria berusia 70 tahun ini akan mempromosikan agenda konservatif di Kongres dan menunjuk hakim Mahkamah Agung yang beraliran konservatif.
Sementara, pemilih demokrat Demokrat tampaknya sangat yakin akan kemenangan Clinton. Sekitar 83 persen responden dari Demokrat mendukung Clinton menang, hanya 8 persen yang memprediksi Trump akan menang.
Hingga kini Clinton masih mengungguli Trump dalam berbagai jajak pendapat, hanya dua pekan sebelum pilpres digelar.
(ama)