Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump kembali meluncurkan kritikan terhadap program yang diusung rivalnya, Hillary Clinton. Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik ini menilai kebijakan Clinton terkait konflik Suriah akan berujung pada Perang Dunia Ketiga, karena berpotensi berkonflik dengan pasukan militer dari Rusia yang bersenjata nuklir.
Dalam wawancara dengan
Reuters pada Selasa (25/10) yang berfokus soal kebijakan luar negeri, Trump menilai kebijakan Cliton terkait perang sipil Suriah dapat menyeret Amerika Serikat ke dalam perang dunia, lantaran dinilai lebih agresif terhadap upaya penyelesaian konflik.
Trump menyinggung rencana Clinton untuk menerapkan zona larangan terbang dan "zona aman" di sejumlah daerah di Suriah. Rencana ini membolehkan pesawat apapun yang melanggar zona ini untuk diserang. Para pakar khawatir rencana ini akan menyeret pasukan AS berkonflik dengan jet tempur Rusia yang kerap meluncurkan serangan udara untuk mendukung tentara Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang harus kita lakukan adalah berfokus pada ISIS. Kita tidak harus berfokus pada Suriah," kata Trump ketika diwawancarai di resor golf miliknya, Trump National Doral.
"Kita akan mengalami Perang Dunia Ketiga terkait Suriah jika kita mendengarkan Hillary Clinton," katanya.
Trump mempertanyakan bagaimana Clinton akan bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah kerap kali melontarkan kecaman terhadapnya.
"[Jika mengikuti kebijakan Clinton] Kita tidak hanya melawan Suriah, namun juga Rusia dan Iran, ya kan? Rusia adalah negara nuklir, nuklir yang berbicara di negara itu," ujarnya.
Trump memaparkan pendapatnya bahwa mengalahkan kelompok militan ISIS adalah prioritas yang lebih tinggi ketimbang menekan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk mundur. Kebijakan Trump ini bertentangan dengan kebijakan luar negeri yang diterapkan pemerintah AS selama ini.
"Assad nomor dua. Bagi saya, prioritasnya adalah [mengalahkan] ISIS," katanya.
Dalam wawancara itu, Trump menyinggung kurangnya persatuan pejabat partai Republik terkait pencalonannya. Trump berpendapat bahwa ia akan dengan mudah memenangkan pemilu jika pemimpin partai mendukungnya.
"Jika kami memiliki kesatuan partai, kami tidak bisa kalah dalam pemilihan ini dari Hillary Clinton," katanya.
Taipan
real-estate ini juga menyalahkan Presiden Barack Obama atas meregangnya hubungan AS dengan Filipina di bawah kepemimpinan presiden baru, Rodrigo Duterte.
Duterte mengumumkan "perpisahan" dengan AS dalam kunjungannya ke Beijing pekan lalu, mengindikasikan keinginan Filipina untuk terlepas dari ketergantungan dengan AS dan merapatkan hubungan ke China dan Rusia.
Duterte juga pernah menyebut Obama "anak pelacur," menyebabkan batalnya pertemuan terjadwal antara keduanya di Laos pada September lalu. Duterte kemudian meminta maaf atas pernyataannya itu.
Trump menilai pernyataan Duterte itu menunjukkan "kurangnya rasa hormat kepada negara kita." Menurut Trump, renggangnya hubungan AS-Filipina adalah akibat dari "presiden kita yang lebih ingin fokus bermain golf" ketimbang menjalin hubungan dengan pemimpin negara lain.
Kurang dari satu bulan menjelang pemilihan presiden, mayoritas survei nasional menunjukkan Clinton semakin unggul menjauhi Trump.
Namun, di hadapan para pendukungnya di Florida pada Senin (24/10), Trump mengklaim dirinya telah mengungguli Clinton dalam persaingan menuju Gedung Putih berdasarkan hasil dua lembaga survei.
(ama)