Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Rusia menampik tudingan bahwa terdapat ancaman serangan siber dari negaranya untuk mempengaruhi hasil pemilu presiden Amerika Serikat. Presiden Vladimir Putin menuduh ancaman peretasan itu hanyalah rekayasa politisi AS untuk menutupi sejumlah kegagalan mereka menjelang pemilu.
Dalam pertemuan dengan para pakar kebijakan luar negeri di wilayah selatan Rusia pada Kamis (27/10), Putin berulang kali mengkritik pemerintahan Presiden Barack Obama, yang menurutnya tak menepati janji soal upaya penyelesaian konflik di Suriah. Putin menyebut bahwa AS dengan mudahnya menyalahkan Rusia atas berbagai insiden yang terjadi.
Pemerintah AS sebelumnya secara resmi menuding Rusia berada di balik peretasan ribuan email pejabat Parta Demokrat. Sementara, tim kampanye capres Hillary Clinton juga menuduh Rusia bekerja sama dengan Donald Trump untuk meretas email tim kampanyenya. Clinton bahkan menyebut Trump "boneka" Putin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putin mengaku tak percaya publik meyakini Moskow berada di balik serangkaian peretasan di AS dan berupaya memengaruhi pilpres yang digelar November mendatang.
"Histeria yang dibuat-buat," ujar Putin, dikutip dari
Reuters.
Putin menilai tudingan yang dialamatkan kepada Rusia hanyalah upaya pejabat AS untuk mengalihkan perhatian publik dari banyaknya isu serius menjelang pilpres, seperti utang negara dan pengendalian senjata.
"Lebih mudah untuk mengalihkan perhatian publik dengan menyebut ada peretasan, mata-mata dan upaya memengaruhi pemilu dari Rusia. Apakah ada yang benar-benar percaya Rusia bisa memengaruhi pilihan publik AS? Apakah AS republik pisang, atau bagaimana? AS negara yang besar," ujarnya.
Sementara itu, stasiun TV milik pemerintah Rusia melaporkan bahwa meski dalam beberapa komentarnya Putin kerap menunjukkan dukungannya kepada Trump, ia tidak mendukung siapapun. Putin mengaku siap untuk bekerja sama dengan siapapun yang terpilih menjadi presiden AS.
Sementara di Washington, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest menyebut bantahan Putin soal peretasan sudah diprediksi sebelumnya. Ia menyatakan pemerintah AS tetap berpendapat Rusia berada di balik serangkaian serangan siber itu.
"Tak ada yang dikatakan Presiden Putin hari ini yang tidak saya prediksi sebelumnya. [Komentarnya] secara tak langsung meremehkan hasil analisis dari Kementerian Keamanan Dalam Negeri dan komunitas intelijen," ujarnya.
(ama)