Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Presiden Filipina, Fidel Ramos, mengundurkan diri dari jabatannya sebagai utusan khusus negaranya untuk China pada Selasa (1/11).
Seperti dilansir
Reuters, Ramos ditunjuk oleh Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, untuk membantu memperbaiki hubungan dengan China yang memburuk pasca kasus sengketa perbatasan maritim antara kedua negara.
Sengketa ini sempat membuat nelayan Filipina tak dapat berlayar di sekitar daerah sengketa, yaitu Dangkalan Scarborough.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, setelah kunjungan Duterte ke China beberapa pekan lalu, keadaan mulai membaik. Ramos pun memutuskan untuk mundur karena tugasnya sudah selesai.
"Pekerjaannya sudah tuntas. Presiden Duterte sudah ke Beijing dan nelayan sudah kembali ke Dangkalan Scarborough. Dia (Ramos) sudah menyelesaikan misinya," ujar seorang ajudan Ramos.
Sekretaris Komunikasi Kepresidenan Filipina, Martin Andanar, mengatakan bahwa Ramos memegang peranan penting dalam upaya perbaikan hubungan ini.
Sebagai langkah awal perbaikan hubungan, Ramos menghabiskan waktu lima hari di Hong Kong pada Agustus lalu untuk bertemu dengan diplomat dan akademisi. Ia menyebut kunjungan tersebut sebagai "pencair suasana."
Namun, Ramos sendiri tidak pernah benar-benar pergi ke China. Rencana kunjungannya pada September lalu ditunda hingga akhirnya beberapa pekan kemudian, Duterte sendiri yang berkunjung ke Beijing.
Ramos sendiri dikenal sebagai pendukung Duterte. Namun belakangan, Ramos mengkritik Duterte yang dianggap terlalu fokus pada pemberantasan narkoba ketimbang mengurangi kemiskinan.
Selain itu, Ramos juga mengkritik pernyataan Duterte yang kerap membingungkan terkait hubungan Filipina dan Amerika Serikat.
Namun, sumber anonim
Reuters menekankan bahwa kritikan tersebut tidak ada kaitannya dengan keputusan Ramos mengundurkan diri dari jabatan utusan khusus.
"Tolong jangan artikan seperti itu. Dia tetap dalam tim pendukung Filipina," kata ajudan Ramos tersebut.
(has/has)