Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang walikota di Filipina yang termasuk dalam daftar hitam pejabat yang diduga terlibat perdagangan narkoba tewas dalam baku tembak dengan polisi pada akhir pekan ini. Kejadian ini menambah daftar panjang warga Filipina yang tewas di tangan aparat dalam upaya pemberantasan narkoba tanpa menjalani proses peradilan.
Polisi memaparkan bahwa Samsudin Dimaukom, wali kota Datu Saudi Ampatuan yang mayoritas penduduknya warga Muslim, tewas bersama sembilan pengawalnya di Provinsi Mindanao, kampung halaman Presiden Duterte pada Jumat (28/10) sebelum subuh.
Baku tembak bermula ketika dua kendaraan iring-iringan Dimaukom dihentikan di pos pemeriksaan. Pihak Dimaukom melepaskan tembakan terlebih dahulu, menurut pengakuan petugas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu merupakan operasi polisi yang sah," kata Bernard Tayong dari kantor polisi Cotabato Utara, dikutip dari Reuters.
Tayong menjelaskan tidak ada petugas yang terluka dalam operasi itu, namun sebuah kendaraan polisi hancur diberondong tembakan.
"Kami memiliki informasi bahwa wali kota dan pengawalnya mengangkut obat-obatan terlarang, jadi kami mencoba untuk mencegat mereka, tetapi mereka memilih untuk menembak," tuturnya.
Polisi menyatakan mereka menemukan tujuh pucuk senjata, termasuk senapan Armalite dan 13 paket kecil yang diduga methamphetamine, di kendaraan walikota setelah baku tembak terjadi.
Pembunuhan Dimaukom terjadi ketika polisi mengumumkan perubahan taktik dalam perang melawan narkoba di Filipina. Petugas tak lagi mengincar pengedar dan pengguna narkoba individu, namun menyasar kepada politisi, pejabat pemerintah, selebriti, tentara berpangkat tinggi dan polisi yang diduga terlibat dalam perdagangan obat terlarang.
Taktik baruTaktik baru yang disebut "Proyek Dua Barrel Alpha" bertujuan untuk meningkatkan penangkapan dan mengurangi pertumpahan darah dalam kampanye yang telah menewaskan lebih dari 3.700 orang sejak Duterte menjabat pada 30 Juni.
Usai kembali dari kunjungan ke Jepang pada Kamis (27/10), Duterte memperlihatkan buku tebal yang disebutnya berisi daftar hitam 3.000 nama pejabat yang diduga terkait narkoba.
"Saya tidak ingin mempublikasikan daftar ini karena ini hanya akan membuat warga Filipina menangis," katanya.
Istri dari Dimaukom pun termasuk dalam daftar hitam yang disebut Duterte itu.
Sementara, Juru bicara polisi nasional Filipina, Dionardo Carlos menjelaskan bahwa perang terhadap narkoba telah diperluas dan tidak lagi menyasar daerah miskin. Kini, polisi juga menyasar konglomerat jaringan transportasi, pebisnis pertunjukan, klub malam dan lingkungan kaum elite.
"Itu sebabnya kami beralih ke Alpha," ujarnya.
Carlos membantah bahwa pembunuhan di luar hukum itu adalah tindakan yang disengaja. Menurutnya, baku tembak yang mengancam nyawa hanya terjadi ketika target yang diincar menolak menyerahkan diri.
Sejak Duterte menjabat, sebanyak 750 ribu pengguna narkoba menyerahkan diri karena takut dihakimi massa. Sementara, sekitar 30 ribu tersangka lainnya berhasil ditangkap.
Carlos menyatakan hingga kini 150 ribu polisi telah menjalani tes narkoba. Sebanyak 164 di antaranya menunjukkan hasil postif mengenakan obat terlarang dan akan segera dipecat.
(ama/den)