Jakarta, CNN Indonesia -- Pertarungan memperebutkan kursi Gedung Putih antara kedua calon presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Donald Trump, kian sengit bahkan hingga malam menjelang digelarnya pemilihan umum. Salah satu upaya meraih kemenangan, kedua capres berusaha mendulang suara di
swing states, sejumlah negara bagian AS yang disebut-sebut sebagai faktor penentu hasil pilpres.
Pada pemilihan umum yang digelar Selasa (8/11) waktu setempat, seluruh warga AS memang memilih capres unggulan mereka. Namun, hasil pemilu hari ini akan menentukan jumlah pemilih, atau yang biasa disebut
electoral votes. Jumlah pemilih yang didapatkan masing-masing kandidat akan maju ke tahap akhir, yakni Electoral College.
Electoral votes yang harus diperebutkan Trump dan Clinton berjumlah 538 suara. Siapa pun capres yang mendapatkan mayoritas 270 suara akan keluar sebagai pemenang pemilu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AS memiliki 50 negara bagian, masing-masing mempunyai jumlah electoral votes yang berbeda sesuai dengan jumlah penduduknya. California, misalnya, memiliki jumlah
electoral votes terbesar, yakni 55 suara, disusul Texas dengan 38 suara, dan New York dengan 29 suara.
Meski ketiga negara bagian tersebut memiliki
electoral votes yang besar, namun masing-masing capres tidak menghabiskan banyak waktu untuk berkampanye di wilayah itu. Pasalnya, masing-masing negara bagian itu sudah hampir pasti dimenangkan oleh Trump atau Clinton.
Berdasarkan hasil jajak pendapat terakhir yang dikumpulkan
CNN pada Senin (7/11), terlihat bahwa California merupakan negara bagian yang mayoritas warganya mendukung Partai Demokrat, sehingga hampir pasti Clinton akan menang di negara bagian ini.
Sementara, Texas adalah markas besar bagi Trump dan Partai Republik. Namun, New York, meski menjadi kampung halaman bagi kedua kandidat, disebut sebagai negara bagian yang mayoritas warganya akan memilih Clinton.
Oleh karena itu, medan pertempuran krusial bagi kedua capres sejatinya terjadi di sejumlah
swing states, yakni negara bagian AS yang warganya memiliki tingkat dukungan yang setara terhadap kedua capres, tidak condong ke Trump ataupun Clinton.
Menurut laporan
CNN, terdapat enam swing states yang diperebutkan oleh kedua capres, yakni Arizona (11
electoral votes), Florida (29), Nevada (6), New Hampshire (4), North Carolina (15), dan Nebraska (1). Tim kampanye kedua capres pun melakukan upaya ekstra besar untuk dapat meraih suara di enam negara bagian itu.
Politico melaporkan bahwa North Carolina menjadi pusat kampanye politik bagi kedua capres. Pada Senin, Trump menggelar kampanye besar-besaran di Raleigh, ibu kota negara bagian ini.
Di hari yang sama, cawapres untuk Clinton, Tim Kaine, terlihat berkampanye di wilayah Wilmington, kota pelabuhan di wilayah selatan North Carolina.
Clinton dan suaminya, mantan presiden Bill Clinton, dijadwalkan akan menutup kampanye di Raleigh pada tengah malam menjelang pilpres, dihadiri oleh beberapa pesohor, seperti Lady Gaga dan Jon Bon Jovi.
"Setelah ratusan juta dolar dan waktu yang tak terhingga bagi kedua capres berkampanye, nampaknya pemilu [kali ini] mulai terlihat seperti pemilu tahun 2000 lalu, ketika dua negara bagian memegang peranan paling penting, yakni Florida dan North Carolina," kata Peter A. Brown, direktur lembaga survei dari Quinnipiac University, dikutip dari
New York Times.
Menurut lembaga survei itu, baik Trump maupun Clinton mendapat dukungan yang sama di Florida dan North Carolina.
Dalam jajak pendapat yang digelar
CNN, terlihat bahwa hingga kini
electoral votes yang dimiliki Clinton berjumlah 268 suara, sementara Trump mendulang 204 suara. Sebanyak 66
electoral votes akan diperebutkan kedua capres di enam
swing states tersebut pada pemilu hari ini.
(has)