Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan warga Amerika Serikat kembali turun ke jalan pada Kamis (10/11) untuk berunjuk rasa menolak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum presiden.
Pada hari kedua ini, para demonstran menyoroti masalah hak asasi manusia yang mungkin terjadi di AS jika Trump memimpin.
Pasalnya, selama masa kampanye Trump kerap melontarkan komentar diskriminatif terhadap perempuan, kaum marjinal, imigran, bahkan umat Muslim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilaporkan Reuters, sekitar 100 orang berarak dari Gedung Putih menuju Trump International Hotel sambil berteriak, "
Love trumps hate!" yang berarti "Cinta mengalahkan kebencian!"
"Generasi ini berhak mendapatkan yang lebih baik dari Trump. Para homoseksual, kulit hitam, perempuan, gadis, semua orang dapat terpengaruh dengan ini (terpilihnya Trump). Kami harus menolong mereka," ujar seorang demonstran, Lily Morton.
Sementara itu, lebih dari 1.000 siswa sekolah berjalan mengelilingi ruas-ruas jalan di San Francisco sambil membawa bendera pelangi, warna yang menjadi simbol dukungan terhadap kaum LGBT.
Beberapa siswa juga terlihat membawa bendera Meksiko. Selama kampanye, Trump beberapa kali melontarkan gagasan untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan AS dengan Meksiko guna mencegah kehadiran imigran gelap.
Aksi protes anti-Trump juga masih terus berlanjut di berbagai penjuru AS lainnya, seperti New York, Los Angeles, dan California.
Di Oakland, kericuhan masih berlanjut dengan aksi bakar bendera, memecahkan kaca, hingga baku hantam dengan aparat keamanan pun tak terhindarkan.
Gerakan untuk menjaring lebih banyak massa pun digencarkan melalui media sosial. Sekelompok siswa membentuk satu grup Facebook dengan nama "#NotMyPresident" guna mengajak anak-anak lain ikut serta dalam unjuk rasa puncak yang akan digelar pada 20 Januari mendatang.
Menanggapi aksi protes ini, Sean Spicer, juru bicara Komite Nasional Partai Republik, partai yang mengusung Trump dalam pemilu, meminta masyarakat untuk tenang dan memberikan kesempatan kepada sang presiden terpilih untuk membuktikan kinerjanya.
Di Gedung Putih, Trump pun sudah melakukan pertemuan dengan Barack Obama untuk mengatur transisi yang baik dan aman. Namun, Obama mengatakan bahwa ia tidak akan menghalangi rakyat berdemonstrasi karena itu merupakan wujud kebebasan berpendapat.
(has/has)