Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Meksiko meminta warganya yang tinggal di Amerika Serikat untuk "tetap tenang" menyusul ancaman deportasi massal setelah presiden terpilih AS Donald Trump mengungkapkan akan mendeportasi tiga juta imigran. Pemerintah Meksiko juga meluncurkan hotline bagi para imigran yang mengalami insiden.
Kementerian Luar Negeri Meksiko meluncurkan 11 langkah yang akan diterapkan oleh kantor kedutaan dan 50 konsulat di seluruh Amerika Serikat sehingga imigran Meksiko dapat "terhindar dari pelanggaran dan penipuan."
"Para warga negara, ini waktu yang tidak pasti. Tetap tenang. Jangan terhasut provokasi dan jangan biarkan kita tertipu," kata Menteri Luar Negeri Claudia Ruiz Massieu dalam pesan video yang diunggah di akun media sosial Twitter, dikutip dari
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program ini, katanya, bertujuan memberikan informasi tentang "kemungkinan tindakan imigrasi" yang bisa diterapkan "sejak Februari."
Terdapat sekitar 12 juta imigran tanpa dokumen lengkap kini di Amerika Serikat, sebagian besar di antaranya berasal Meksiko.
Kemlu Meksiko mengatakan akan mengaktifkan saluran telepon hotline 1-800 selama 24 jam per hari, "untuk menghadapi keraguan soal langkah imigrasi atau pelaporan terhadap insiden" yang menimpa imigran.
Kemlu Meksiko juga menyatakan program yang mereka terapkan meliputi imbauan bagi warga Meksiko "untuk menghindari situasi konflik dan tidak melakukan tindakan yang dapat menyebabkan sanksi administratif atau pidana."
Pemerintah Meksiko juga akan mengerahkan sejumlah "konsulat berjalan" dan meningkatkan pembuatan janji untuk membuat paspor.
Duta besar Meksiko untuk Amerika Serikat, Carlos Manuel Sada, menyatakan kepada para wartawan di Mexico City bahwa pemerintah memiliki pengacara imigrasi di AS yang dapat membantu berbagai persoalan para imigran.
"Kita akan berada lebih dekat dengan kalian ketimbang sebelumnya, untuk memastikan kalian terus mendapat informasi terbaru. Kami akan bersama kalian dan membela kalian," tutur Ruiz Massieu.
"Kalian tidak sendiri, kami bersama kalian," ujarnya.
Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto, berencana bertemu dengan Trump, sebelum konglomerat asal New York itu dilantik menggantikan presiden petahana, Barack Obama pada Januari mendatang.
Juru bicara Pena Nieto, Eduardo Sanchez, menyatakan pemerintahnya ingin berdiskusi dengan Trump soal rencana deportasi massal di pemerintahan selanjutnya.
[Gambas:Video CNN]Ancaman deportasi memang kerap digaungkan Trump sejak masa kampanyenya, yang dimulai lebih dari setahun lalu. Kala itu, Trump berjanji akan memulangkan 11 juta imigran ilegal yang tinggal di AS tanpa dokumen keimigrasian yang lengkap.
Janji itu kembali ditekankan Trump dalam wawancaranya dengan stasiun televisi
CBS pada Minggu (13/11). "Apa yang akan kita lakukan adalah mengeluarkan para pelaku kriminal, orang-orang dengan catatan kriminal, anggota geng, pengedar narkoba, yang jumlahnya mungkin sekitar dua juta, atau bisa lebih dari tiga juta, dari negara kita atau kita penjarakan," ujar taipan real-estate ini, dikutip dari
The Guardian.
Trump menekankan bahwa ia akan memenuhi janji pembangunan tembok di sepanjang perbatasan Meksiko, untuk menghalau imigran ilegal dari negara Amerika Latin itu, yang kerap ia sebut "pemerkosa" dan "kriminal." Trump menilai pembangunan tembok adalah upaya yang tepat karena imigran tanpa dokumen kerap berhasil memasuki AS dengan menerobos pagar perbatasan.
Dalam kampanyenya, Trump berkoar bahwa tembok itu akan benar-benar kokoh, dibangun dari beton keras dan baja. Namun, dalam wawancara terbaru, Trump menyebut bahwa program yang diusungnya tak menutup kemungkinan untuk pembangunan pagar.
(ama)