Hambat Pemberantasan Narkoba, Duterte Ancam Bunuh Aktivis HAM

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Selasa, 29 Nov 2016 15:58 WIB
Segala cara dihalalkan Duterte untuk memberantas narkoba di Filipina. Ia bahkan mengancam akan membunuh aktivis HAM yang dianggap menghambat upaya itu.
Menurut Duterte, permasalahan narkoba di Filipina sudah bisa diibaratkan seperti penyakit kanker stadium 2. (Reuters/Lean Daval)
Jakarta, CNN Indonesia -- Segala cara akan dihalalkan Presiden Rodrigo Duterte untuk memberantas narkoba dari tanah Filipina. Kini, ia bahkan mengancam akan membunuh para aktivis hak asasi manusia yang dianggap menghambat kampanye anti-narkoba tersebut.

"Para (aktivis) HAM mengatakan, saya memerintahkan pembunuhan. Saya berkata kepada mereka, 'Baik, mari hentikan. Biarkan mereka tumbuh sehingga ketika musim panen tiba, akan lebih banyak orang yang mati. Saya akan menyertakan kalian karena kalian adalah penyebab bertambahnya jumlah mereka,'" ujar Duterte seperti dikutip Inquirer, Senin (28/11).

Pernyataan ini dilontarkan oleh Duterte karena sudah geram dengan sikap para aktivis HAM yang terus mengecam kampanye anti-narkoba di Filipina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kampanye itu dicanangkan oleh Duterte tak lama setelah ia dilantik pada akhir Juni lalu. Sejak saat itu, setidaknya 5.000 orang tersangka pengedar narkoba tewas di tangan polisi tanpa proses peradilan yang jelas.

Meskipun mendapat kecaman dari berbagai organisasi internasional, Duterte tetap bertekad untuk menggalakkan program anti-narkoba tersebut. Ia meminta masyarakat internasional untuk tutup mulut karena mereka dianggap tak mengetahui keadaan sesungguhnya di Filipina.

Menurut Duterte, permasalahan narkoba di Filipina sudah bisa diibaratkan seperti penyakit kanker stadium 2. Duterte bahkan mengatakan bahwa narkoba mulai menggerogoti kehidupan berbangsa di Filipina karena begitu banyak oknum dalam pemerintahan yang diduga kuat mendukung perdagangan barang ilegal tersebut.

Duterte kemudian memperlihatkan dokumen setebal 10 sentimeter berisi daftar nama sekitar 5.000 pejabata publik yang diduga merupakan dalang di balik perdagangan narkotika ilegal.

Daftar tersebut sudah pernah dibawa oleh Duterte ke hadapan dua mantan presiden Filipina, yaitu Gloria Macapagal-Aroyo dan Benigno Aquino III. Dalam pertemuan terpisah, Duterte menyalahkan kedua pendahulunya tersebut karena membiarkan perdagnagan narkoba mengakar di Filipina.

"Ini adalah industri narkoba di Filipina. Ini nama-nama mereka. Saya menunjukkan ini ke Presiden Arroyo. Saya katakan, 'Bu, kita semua terikat. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana (menanganinya). Saya menyerah. Saya tidak bisa menyelesaikan ini,'" tutur Duterte.

Duterte benar-benar ingin langsung membunuh semua orang yang tertera dalam daftar tersebut. Namun, ia mengaku tak memiliki cukup waktu dan sumber daya untuk melakukan itu.

Ia kemudian menekankan bahwa "narko-politik" sudah mengakar di Filipina sehingga pemerintah harus menerapkan pendekatan yang keras agar peredaran narkoba benar-benar dapat diberantas.

"Jika para (aktivis) HAM tidak mengerti yang saya katakan, jika kalian sebegitu bodohnya, maka saya tidak dapat melakukan apa-apa untuk kalian," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER