Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Amerika Serikat sepakat mengurangi intensitas latihan militer dengan Filipina. Selain pengurangan intensitas latihan militer, AS juga disebut telah menyetujui pengurangan penempatan pasukan tentara AS di Filipina, dengan tetap menjaga "kerja sama erat" antara aliansi kedua negara itu.
Keputusan ini dilakukan menyusul penentangan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, terhadap kehadiran segala bentuk pasukan militer asing di negara itu, khususnya tentara AS. Duterte bahkan sempat mengancam akan memutus aliansi pertahanan antara Manila-Washington yang telah terjalin selama kurang lebih 50 tahun itu.
Diberitakan
Reuters, informasi soal pengurangan frekuensi militer dan jumlah pasukan AS di Filipina diungkapkan oleh seorang jenderal militer Filipina yang terlibat dalam perundingan kedua negara namun menolak untuk mengungkapkan identitasnya. Ia menyebut pakta pertahanan kedua negara akan lebih terfokus pada bantuan kemanusiaan dan operasi militer non-keamanan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenderal itu mengatakan, jumlah tentara AS akan "berkurang". Dalam dua tahun terakhir, sekitar 5.000 tentara AS berada di Filipina dan menggelar latihan militer bersama.
"Kita akan melihat pengurangan skala pasukan tentara dan jumlah pesawat (AS) di pangkalan militer Filipina," kata sumber itu.
Jenderal itu juga memaparkan, kesepakatan Enhanced Defence Cooperation Agreement (EDCA) antar AS-Filipina yang dberlakukan sejak 2014 itu akan berakhir. EDCA merupakan perjanjian yang mendasari penempatan tentara AS secara resmi di Filipina.
Menteri Pertahanan Filipina telah menginstruksikan angkatan lautnya untuk mengakhiri latihan bersama angkatan laut AS, dan menyatakan militer kedua negara tersebut akan berfokus pada bantuan kemanusiaan, operasi tanggap bencana, dan latihan militer non-tradisional lainnya.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan AS, Komandan Gary Ross, berujar AS telah menyepakati "perubahan fokus beberapa latihan militer" di Filipina agar lebih terfokus pada bantuan kemanusiaan dan kontra-terorisme.
Ross mengungkapkan bahwa mitra baru juga akan diundang "untuk meningkatkan kerja sama multilateral."
Menurut Ross, kedua pihak telah sepakat "untuk terus menerapkan" EDCA, yang ia sebut sebagai perjanjian saling menguntungkan untuk membantu percepatan bantuan kemanusiaan dan memodernisasi militer Filipina.
Filipina menjadi sekutu terdekat AS di kawasan selama lebih dari 4 dekade. Namun, kemitraan ini renggang ketika Presiden Duterte bersikukuh ingin mengurangi pengaruh AS di Filipina karena dianggap tidak memberi manfaat apapun terhadap negaranya itu.
Dalam lawatannya ke Beijing sekitar akhir Oktober lalu, mantan wali kota Davao itu bahkan menegaskan perpisahan Filipina dengan AS. Dalam kesempatan itu, Duterte menyatakan bahwa Filipina akan memutus hubungan militer dengan AS.
Duterte kerap menunjukan keinginannya merangkul China dan Rusia untuk membuat blok baru dengan menyatakan, "hanya ada kami bertiga melawan dunia yakni China, Filipina, dan Rusia."
(ama)