Bertekad Lawan Sayap Kanan, PM Perancis Maju Jadi Capres

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Selasa, 06 Des 2016 12:59 WIB
Di tengah menurunnya popularitas sayap kiri di Perancis, Perdana Menteri Manuel Valls menyatakan akan maju sebagai presiden dalam pemilu yang akan datang.
Dalam pengumuman pencalonannya, Valls menyerukan persatuan partai agar dapat menghadapi kekuatan sayap kanan. (Reuters/Charles Platiau)
Jakarta, CNN Indonesia -- Manuel Valls menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Perancis agar dapat fokus mempersiapkan pemilihan umum awal yang menentukan calon presiden dari Partai Sosialis, Januari mendatang.

Pengumuman ini disampaikan di tengah menurunnya popularitas sayap kiri di Perancis, termasuk Partai Sosialis, tempat Valls selama ini bernaung. Beberapa jajak pendapat menunjukkan bahwa tak ada partai sayap kiri Perancis yang akan berjaya di pemilu presiden tahun depan. 

Sejumlah lembaga survei bahkan dengan lugas menyebut bahwa pemilu tahun depan merupakan ajang pertarungan antara sosok-sosok sayap kanan, seperti Francois Fillon dan Marine Le Pen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kami diberi informasi bahwa sayap kiri tak lagi memiliki kesempatan. Mari kita pimpin sayap kiri menuju kemenangan!” ujar Valls sebagaimana dikutip Reuters, Senin (5/12).

Tantangan Valls untuk menghimpun kekuatan partainya ini sendiri dianggap akan sulit. Pasalnya, Partai Sosialis sempat terbelah lantaran isu dualisme capres di mana Presiden Francois Hollande dirumorkan juga akan maju dalam bursa capres.

Jalan Valls akhirnya terbuka ketika Hollande menyatakan secara resmi bahwa ia tidak akan maju dalam pilpres tahun depan karena popularitasnya kian turun. Dalam pengumuman pencalonannya, Valls pun menyerukan persatuan partai agar dapat menghadapi kekuatan sayap kanan.

“Kita harus bersatu! Pencalonan saya adalah untuk konsiliasi, rekonsiliasi!” ucap Valls, disambut gemuruh tepuk tangan dari penduduk di Evry, daerah pinggiran Paris di mana ia pernah menjabat sebagai wali kota selama lebih dari satu dekade.

Dalam pemilu awal ini, Valls akan berhadapan dengan delapan kandidat lainnya dari Partai Sosialis. Salah satu rival terberatnya adalah mantan Menteri Keuangan Perancis, Arnaud Montebourg, yang populer di kalangan sayap kiri dengan haluan lebih tradisional.

Sebelumnya, beberapa jajak pendapat salah memprediksi hasil pemilu awal untuk menentukan capres dari Partai Republik Perancis. Dua kandidat kuat dalam pemilu itu adalah seorang reformis konservatif, dan rivalnya yang lebih berhaluan liberal, Alain Juppe.

Hampir semua survei memprediksi Juppe akan menjadi pemenang. Namun nyatanya, Francois yang cenderung berpaham kanan ternyata keluar sebagai pemenang.

Layaknya kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat, keunggulan Fillon dalam pemilu awal ini juga mengejutkan, apalagi dengan angka mutlak, sekitar 60 persen.

Dalam kampanyenya, Fillon kerap mengatakan bahwa ia akan menerapkan kebijakan ketat terhadap imigran. Beberapa jajak pendapat menunjukkan bahwa kini masyarakat mulai mencari sosok yang dapat menahan laju imigrasi karena dianggap berpengaruh pada perkembangan terorisme. Warga Perancis disebut masih mengalami trauma setelah dilanda serangkaian teror sejak awal tahun lalu.

Namun dari segi ekonomi, kebijakan Fillon dipertanyakan karena dianggap tak melindungi pekerja kelas menengah. Untuk menandingi Fillon, Le Pen, pemimpin partai sayap kanan Perancis, Front Nasional, menawarkan skema perekonomian yang lebih dapat melindungi kaum pekerja menengah.

Valls pun tampil dengan menawarkan program andalan berupa pemangkasan pajak bagi kaum pekerja kelas bawah dan menengah. Ia juga berjanji melindungi sistem keamanan sosial Perancis.

“Dengan kampanye ini, saya ingin bertempur melawan sayap kanan!” kata Valls. (aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER