Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan Taliban yang beroperasi di Afghanistan diduga menerima bantuan dari Rusia dan Iran. Tudingan ini menguat setelah beberapa anggota Senat Afghanistan mengaku memiliki sejumlah dokumen yang membuktikan hal tersebut.
Media Arab Saudi,
Al-Arabiya, pada Kamis (8/12) melaporkan bahwa dokumen itu mengungkap sejumlah anggota Taliban tinggal di kota Masyhad, Yazd dan Kerman di Iran. Menurut kesaksian penduduk yang tinggal di perbatasan Afghanistan, anggota militan Taliban kerap melakukan perjalanan di antara kedua negara.
Pemimpin Senat Afghanistan, Fadel Hadi Muslim Yar, menyatakan pihaknya "memiliki bukti yang mengkonfirmasikan kerja sama antara Rusia dan Iran dengan Taliban."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubernur negara bagian Farah di Afghanistan, Asif Ning, menyebut banyak anggota militan Taliban yang berada di wilayah Iran.
"Mereka tinggal di kota Yazd, Kerman dan Mashhad. Mereka akhirnya kembali ke Afghanistan untuk melakukan vandalisme. Saat ini, banyak anggota senior pemimpin Taliban tinggal di Iran," katanya dalam wawancara dengan
Freedom Radio pada Rabu (5/12).
"Jasad para pejuang Taliban yang tewas dalam bentrokan belakangan ini dikirim ke keluarga mereka di Iran," ujarnya menambahkan.
Selain itu, sejumlah wakil Dewan Tetua Afghanistan mengindikasikan bahwa "Moskow memasok Taliban dengan amunisi untuk menahan pengaruh berkembangnya ISIS dan kelompok afiliasinya di Afghanistan, serta menghalangi ancaman terhadap negara-negara Asia Tengah."
Freedom Radio, yang mengudara di Afghanistan dalam bahasa Persia dan Dari, melaporkan bahwa anggota Taliban sering terlihat melintasi perbatasan menuju Iran, menurut keterangan warga yang tinggal perbatasan.
Beberapa anggota parlemen Afghanistan juga menyebut Teheran terlibat memasok senjata canggih untuk Taliban.
Komandan pasukan NATO di Afghanistan Jenderal Jean Nicholson, menyebutkan bahwa terdapat "keterlibatan negara-negara lain dalam terorisme di wilayah Afghanistan."
"Negara-negara itu tidak hanya mendukung terorisme, tapi juga memberikan kondisi yang menguntungkan bagi para teroris untuk mengeksploitasi wilayah Afghanistan. Oleh karena itu, [mereka turut] memfasilitasi kegiatan teroris," ujarnya.
Dukungan Iran terhadap Taliban juga semakin menguat ketika pemimpin Taliban, Mullah Akthar Mansour, tewas dalam serangan pesawat nirawak yang diluncurkan Amerika Serikat di perbatasan Pakistan pada 21 Mei lalu. Saat itu, dilaporkan bahwa Mansour berada di wilayah tersebut usai berpergian dari Iran.
 Menurut kesaksian penduduk yang tinggal di perbatasan Afghanistan, anggota militan Taliban kerap melakukan perjalanan di antara kedua negara. (Reuters/Stringer) |
Terkait hal ini, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengumumkan otoritas setempat menemukan paspor seorang pria Pakistan atas nama Wali Muhammad di lokasi serangan yang menewaskan Mansour. Paspor itu disertai visa asli untuk memasuki Iran.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Iran membantah laporan yang menyebut sejumlah militan Taliban berada di negara itu.
Jubir Kemlu Iran Bahram Kasimi membantah tuduhan soal "laporan yang menegaskan kehadiran anggota Taliban di Iran, [karena] jelas tidak berdasar lantaran hubungan persaudaraan yang kuat antara Iran dan Kabul atas dasar kepentingan bersama."
Meski demikian, kantor berita
Tasnim yang dekat dengan Garda Revolusi Iran melaporkan bahwa komandan senior Taliban, Taib Agha, memimpin sekelompok delegasi yang tiba di Teheran pada 12 Mei lalu, hanya beberapa hari sebelum Mansour dilaporkan tewas setelah mengunjungi Iran.
Taib Agha dikenal sebagai juru bicara dan penerjemah personal untuk pemimpin Taliban, Mullah Omar. Ia juga merupakan satu dari sedikit orang yang dapat berkontak langsung dengan Mullah.
Agha juga dilaporkan memimpin sayap politik Taliban yang bertanggung jawab mengembangkan rencana pergerakan dan ekspansi di sejumlah negara asing.
(aal)