Kelompok Teror Manfaatkan Komentar Trump untuk Rekrut Militan

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 14 Nov 2016 17:31 WIB
Berbagai kelompok teror berencana memanfaatkan kehebohan terpilihnya Trump menjadi presiden AS sebagai alat propaganda untuk merekrut lebih banyak militan.
Menurut seorang komandan ISIS di Afghanistan, warga AS menggali kuburannya sendiri dengan memilih Donald Trump, sosok yang terus melontarkan pendapat anti-Islam dalam kampanyenya. (Reuters/Mike Segar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dari Afghanistan hingga Aljazair, para kelompok teror berencana untuk memanfaatkan kehebohan terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat sebagai alat propaganda untuk merekrut lebih banyak militan.

Komandan Taliban hingga simpatisan ISIS mengakui bahwa pernyataan Trump yang terkesan anti-Muslim merupakan senjata ampuh untuk mengambil hari para pemuda Barat.

"Pria ini benar-benar gila. Kebenciannya terhadap Muslim mempermudah pekerjaan kami karena kini kami dapat merekrut ribuan orang," ujar komandan tinggi ISIS di Afghanistan, Abu Omar Khorasani, kepada Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Khorasani, AS menggali kuburannya sendiri dengan memilih sosok yang terus melontarkan pendapat anti-Islam dalam kampanyenya.

"Pemimpin kami terus memantau pemilu AS, tapi kami tidak menyangka warga Amerika menggali kuburannya sendiri dengan melakukan itu (memilih Trump)," kata Khorasani.

Sementara itu, Al Qaidah, kelompok teror yang menjadi musuh bebuyutan AS sejak meluncurkan serangan pada tragedi 9/11, belum berkomentar mengenai kemenangan Trump ini.

Seorang penasihat pemerintah Irak mengenai Al Qaidah, Hisham al Hashemi, mengatakan bahwa kelompok ekstremis Islam itu kemungkinan baru akan berkomentar setelah Trump menyampaikan pidato pertamanya sebagai presiden.

Menurut Hashemi, Al Qaidah akan sangat menanti pidato tersebut, mencari kutipan perkataan yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

"Al Qaidah dikenal dengan strategi perekrutannya yang sarat dengan kutipan pidato dari Gedung Putih dan pejabat Barat lainnya," ucap Hashemi.

Selain para komandan kelompok ekstremis, pernyataan-pernyataan Trump selama kampanye juga diperhatikan oleh kelompok Islam moderat yang sebenarnya memperjuangkan keadilan di negaranya masing-masing.

Setelah mengklaim akan menolak semua imigran Muslim, belakangan Trump memang melunak dengan mengatakan bahwa AS hanya perlu untuk melakukan pemeriksaan ketat pada pengungsi yang datang dari negara "yang memiliki sejarah mengekspor terorisme."

Namun menurut imam terpandang dari pergerakan Muslim Syiah di Irak, Moqtada al-Sadr, komentar Trump itu tak memperhatikan spektrum luas dari sudut pandang politik.

"Dia tidak membedakan antara ekstremis dan tren pergerakan Islam moderat, dan di saat yang sama, dia terlalu terpaku pada masalah ekstremisme yang justru akan menumbuhkan ekstemisme itu sendiri," tutur Sadr.

Sadr kemudian menjelaskan bahwa pergerakan kelompoknya hanya berfokus pada reformasi politik di negaranya. Kelompoknya sama sekali tidak pernah melancarkan serangan di luar negeri, seperti yang dilakukan ISIS atau Al Qaidah selama ini.

Sementara kelompok pergerakan mulai berbicara, Trump sendiri belum melontarkan satu pun komentar mengenai sikapnya terhadap Muslim sejak pidato kemenangannya pada pekan lalu.

Meskipun Trump tak pernah lagi mengangkat isu tersebut, seorang analis dari Pusat Kajian Terorisme dan Pemberontakan IHS, Matthew Henman, mengatakan bahwa pernyataan sang presiden terpilih selama kampanye masih tetap dapat digunakan sebagai bahan propaganda.

"Militan masih akan menggunakan kutipan tersebut. Kuncinya bagi kelompok militan, terutama ISIS dan Al Qaidah, hanya untuk kepentingan meyakinkan umat Muslim di negara Barat bahwa warga Barat membenci mereka dan tidak akan menerima mereka sebagai bagian dari masyarakat," ucap Henman.

Mengamini ucapan Henman, seorang komandan senior Taliban di Afghanistan yang enggan diungkap identitasnya mengatakan bahwa kelompoknya juga akan tetap berpatokan pada kampanye Trump selama kampanye.

"Jika dia melakukan apa yang dia katakan selama kampanye, saya yakin itu akan memprovokasi umat Muslim di seluruh penjuru dunia dan organisasi jihadis akan memanfaatkannya," katanya. (has/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER