Jakarta, CNN Indonesia -- Pasukan koalisi pemerintah Suriah menembaki sebuah konvoi pemberontak yang bergegas meninggalkan Aleppo timur yang berhasil direbut dari pemberontak. Penembakan yang menyebabkan setidaknya satu orang tewas ini jelas merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang disetujui pekan ini.
Melalui kesepakatan yang tercapai berkat negosiasi Turki dan Iran, para pemberontak diperbolehkan meninggalkan wilayah terakhir yang mereka kuasai di Aleppo, setelah pasukan rezim Bashar Al-Assad berhasil merebut hampir seluruh wilayah di kota itu.
"Pejuang (pro-pemerintah) menembaki kami, kendaraan ambulans, dan orang-orang yang membuka jalan," kata juru bicara pemberontak, dikutip dari
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut kepala layanan ambulans daerah, Ahmed Sweid, serangkaian tembakan itu telah melukai tiga orang.
"Serangkaian tembakan dilancarkan oleh pasukan rezim pemerintah dan melukai tiga orang, salah satu korban terluka merupakan petugas pertahanan sipil. Mereka [ketiga korban] kembali dibawa ke wilayah terkepung," ungkap Ahmed kepada saluran televisi pro-pemberontak, Orient TV, Kamis (15/12).
Saluran televisi itu juga menyebutkan gelombang pertama evakuasi, yang terdiri dari sejumlah warga sipil yang terluka, telah keluar dari bagian timur Aleppo dan kini mencapai area Ramousha.
Sementara itu, seorang pejabat dari kelompok pemberontak di Aleppo mengatakan, gelombang evakuasi pertama telah melewati wilayah timur Aleppo namun mereka masih perlu menempuh setengah dari perjalanan untuk benar-benar keluar dari wilayah yang menjadi pusat pertempuran itu.
Sementara seorang saksi yang sedang berada di dekat wilayah yang dikuasai rezim Presiden Bashar Al-Assad mengatakan kepada
Reuters bahwa dirinya mendengar serangkaian ledakan dan tembakan yang berlangsung selama beberapa menit hari ini.
Gencatan senjata sepertinya tidak lantas menghentikan gempuran yang dilancarkan sejumlah pihak di kota terbesar kedua di Suriah itu.
 Rencana evakuasi pemberontak dan warga sipil di Aleppo gagal terlaksana pada Rabu( 14/12).(Reuters/Abdalrhman Ismail) |
Pada Rabu (14/12), Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan tentara Suriah sempat melanjutkan kembali serangan militer di Aleppo timur meski gencatan senjata telah disepakati. Kemhan Rusia berdalih bahwa langkah itu dilakukan militer Suriah untuk membalas serangan pemberontak.
Alhasil, rencana evakuasi pemberontak dan warga sipil pun gagal terlaksana pada Rabu.
Pejabat dari kelompok oposisi mengatakan pihaknya memperkirakan gelombang pertama evakuasi yang terdiri atas para korban luka itu akan dimulai pada Selasa (13/12) malam setelah gencatan senjata disepakati. Namun, hingga Rabu pagi belum ada tanda-tanda evakuasi mulai berjalan di wilayah itu.
Kejahatan PerangDalam pernyataan terpisah, Kepala Dewan HAM PBB (UNHRC) Zeid Ra'ad al Hussein menyatakan, pasukan pemerintah Suriah dan sekutu kemungkinan besar telah melanggar hukum internasional dan bahkan melakukan kejahatan perang.
Pasalnya, pasukan rezim Assad dan sekutunya tetap meluncurkan serangan meski gencatan senjata tengah berlangsung.
Selain itu, Zeid memaparkan, proses evakuasi wilayah Aleppo yang sempat tertunda juga merupakan bentuk "penghinaan" dan tidak bisa dimaafkan.
Menurutnya, kabar proses evakuasi yang sempat simpangsiur itu memberi ketidakpastian dan harapan palsu bagi warga sipil di sana yang ingin keluar dari wilayah itu dan menginginkan pertempuran segera berakhir.
"Pemerintah Suriah jelas memiliki tanggung jawab untuk memastikan keamanan warganya tetap terjaga, dan jelas-jelas [pemerintah Suriah] gagal mengambil tanggung jawab itu," kata Zeid.
(ama)