Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok oposisi pemerintah Suriah mengatakan evakuasi daerah yang dikuasai pemberontak di bagian timur Kota Aleppo kembali berjalan sesuai rencana mulai Kamis (15/12) pagi, menyusul kesimpangsiuran kabar evakuasi yang sempat terjadi pascagencatan senjata disepakati dan menyebabkan proses perpindahan sejumlah warga sipil tertunda.
"Dalam beberapa jam mendatang pelaksanaan [evakuasi] akan dimulai," tutur juru bicara kelompok pemberontak Nour al-Din al Zinki, Abdul Salam Abdul Razak seperti dikutip
Reuters, Rabu (14/12).
Menurut seorang pejabat kelompok pemberontak Jabha Shamiya, pelaksanaan evakuasi akan dimulai sekitar pukul 06.00 pagi waktu setempat hari ini. Sekitar 1.000 orang terluka menjadi prioritas utama dalam proses evakuasi. Seluruh evakuasi diharapkan rampung dalam waktu tiga hari ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan sumber dari PBB dan pemberontak, Iran yang merupakan sekutu utama pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad, menginginkan proses evakuasi dilakukan secara simultan bagi para korban terluka dari dua desa di Kota Aleppo.
Pejabat dari kelompok pemberontak juga menyatakan telah sepakat untuk memprioritaskan proses evakuasi bagi orang-orang terluka di sejumlah desa di Provinsi Idlib.
Sementara, warga sipil di bagian timur Aleppo telah mengemasi sebagian barang mereka dan membakar barang yang tidak dibutuhkan guna menghindari penjarahan tentara Suriah dan sekutunya. Pejabat militer pemerintahan Assad tak menjelaskan mengapa evakuasi sempat terhenti.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan setidaknya 6.000 warga sipil dan 336 pemberontak telah meninggalkan Kota Aleppo dalam 24 jam terakhir. Sementara sekitar 15 ribu orang termasuk 4 ribu pemberontak yang telah terdesak ingin keluar dari kota itu menurut media Hizbullah.
Ketidakpastian kabar mengenai proses evakuasi sempat menghambat perpindahan sejumlah warga terdampak pertempuran di Kota Aleppo.
[Gambas:Video CNN]Setelah gencatan senjata disepakati, pejabat dari kelompok oposisi mengatakan pihaknya memperkirakan gelombang pertama yang terdiri atas orang-orang terluka untuk meninggalkan daerah pada Selasa malam.
Semula, seorang pejabat militer dari aliansi pendukung pemerintah Assad sempat mengatakan evakuasi berjalan pada 5.00 waktu setempat.
Namun, tidak ada satu kelompok pun yang berangkat, kata seorang saksi yang berada di titik keberangkatan.
Hingga Rabu pagi belum ada tanda-tanda evakuasi mulai berjalan di wilayah itu. Sebanyak 20 bus sudah menunggu di tempat tersebut dengan mesin yang dibiarkan menyala. Hanya saja, tidak ada tanda pergerakan dari sejumlah bus tersebut.
Walau demikian, seorang petinggi dari kelompok pemberontak Jabha Shamiya mengatakan gencatan senjata masih terus berlangsung. Komandan dari kelompok Nour al-Din al-Zinki juga mengatakan demikian.
"Kesepakatan masih berjalan, gencatan senjata masih berlangsung hingga saat ini," ujarnya.
Gelombang eksodus ini menjadi tanda berakhirnya pertempuran perebutan Kota Aleppo sekaligus menjadi kemenangan besar bagi Assad.
Sampai saat ini tidak begitu jelas bagaimana kesepakatan gencatan senjata dan evakuasi bisa tercapai dari kedua belah pihak berkonflik. Gencatan senjata yang disepakati ini disebut dapat terjadi berkat bantuan negosiasi Rusia dan Turki.
(aal)