Jakarta, CNN Indonesia -- Militer Amerika Serikat menyatakan siap mengincar senjata-senjata yang disita oleh kelompok teror ISIS saat merebut Palmyra, Suriah. Keberadaan senjata sitaan itu dinilai bisa jadi ancaman bagi koalisi AS di kawasan tersebut.
Kepala Pasukan Anti-ISIS Letnan Jenderal Stephen Townsend, Kamis (15/12), melalui arahan via komunikasi video ke Pentagon mengatakan persenjataan itu kemungkinan terdiri atas tank, senjata api, peralatan anti serangan udara atau alat berat lainnya.
Dia berharap Rusia atau Suriah bisa segera merebut kembali Palmyra dan menetralisir ancaman tersebut. Walau demikian, dia memperingatkan, pihaknya akan siap melancarkan serangan jika dibutuhkan, termasuk ketika persenjataan yang dia maksud dibawa keluar dari kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada dasarnya apapun yang mereka sita memberikan ancaman kepada koalisi, tapi kita bisa mengatasi ancaman itu dan kita akan mengatasinya," kata Townsend sebagaimana dikutip
Reuters.
"Saya kira kita akan punya kesempatan untuk menyerang peralatan itu dan membunuh militan ISIS yang mengoperasikannya segera."
Namun tetap, dia menilai Rusia atau Suriah lebih banyak mengerti mengenai situasi di lapangan dan punya posisi lebih baik untuk melakukan reaksi cepat.
"Kita tidak bisa membedakan satu sisi dengan sisi lainnya. Jadi, kita tidak bisa tahu apakah truk dan tank yang kita lihat dioperasikan oleh pasukan rezim (Bashar al Assad), pasukan Rusia atau ISIS," ujarnya.
Kota yang dipenuhi reruntuhan masa Romawi itu sempat direbut dari para militan, Maret lalu. Peristiwa ini disebut sebagai kemenangan besar bagi pemerintah dan titik balik peperangan sejak intervensi Rusia di perang ini.
Namun, ISIS merebut Palmyra pada akhir pekan lalu meski sejumlah serangan udara Rusia telah memukul mundur mereka.
Hal ini mungkin terjadi karena fokus pasukan Suriah dalam memberantas pemberontak di Aleppo mengalihkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mempertahankan Palmyra.
(aal)