Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Tayyip Erdogan bersepakat melakukan upaya bersama untuk memulai evakuasi warga sipil dan pasukan oposisi dari Aleppo Timur sesegera mungkin. Reuters melaporkan, kesepakatan itu dicapai melalui pembicaraan via telepon.
Putin dan Erdogan menekankan perlunya mencegah pelanggaran kesepakatan gencatan senjata pada Selasa. Rencana evakuasi pada Rabu di sejumlah lokasi yang diduduki pemberontak Aleppo, terancam gagal karena munculnya serangan-serangan udara baru yang menghantam kota tersebut.
Iran, yang merupakan salah satu pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengajukan aturan baru. Menurut sumber dari kalangan pemberontak serta Perserikatan Bangsa-bangsa, Iran menginginkan pemindahan para korban luka dari dari dua desa yang dikuasai para pemberontak, dilakukan secara serentak. Namun keinginan tersebut belum terealisasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pemberontak membombardir dua desa berpenduduk mayoritas kaum Syiah, yaitu Foua dan Kefraya, di provinsi Idlib -sebelah barat Aleppo. Gempuran senjata tersebut, menurut kelompok pemantau yang berpusat di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, menewaskan sejumlah orang.
Hingga kini belum ada petunjuk terkini soal kapan evakuasi akan berlangsung, namun sebuah stasiun televisi pendukung oposisi mengatakan pemindahan bisa tertunda hingga Kamis.
Gencatan senjata yang diperantarai oleh Rusia selaku sekutu terkuat Assad, dan Iran ditujukan untuk mengakhiri pertempuran yang telah berlangsung bertahun-tahun di Aleppo.
Evakuasi terhambat lantaran adanya serangkaian serangan udara, pengeboman serta tembakan senjata meletus pada Rabu. Turki menuding pasukan pemerintah melanggar gencatan. Aksi pengeboman yang dilancarkan kelompok pemberontak menewaskan enam orang.
Sebelumnya, Turki melakukan kontak dengan Iran, Rusia dan Amerika Serikat untuk berupaya dan memastikan evakuasi warga sipil dan para pemberontak dari Aleppo bisa dilaksanakan.
 Belum ada seorang pun yang dievakuasi di Aleppo seperti rencana semula. (Ilustrasi foto: REUTERS/Abdalrhman Ismail) |
Hingga Rabu pagi, tidak ada seorang pun yang dievakuasi di Aleppo seperti rencana semula. Menurut keterangan saksi mata yang menunggu di lokasi pemberangkatan, sebanyak 20 bus dengan mesin menyala siap diberangkatkan. Namun tidak ada tanda bus-bus itu akan bergerak ke tempat-tempat keberadaan para pemberontak.
Kementerian pertahanan Rusia menyebut setidaknya 6.000 warga sipil dan 366 pemberontak dalam 24 jam terakhir sudah meninggalkan daerah-daerah yang dikuasai kelompok pemberontak. Sementara media milik sekutu pemerintah Suriah, Hisbullah menyebutkan, orang-orang yang ingin meninggalkan Aleppo berjumlah 15.000, termasuk 4.000 pemberontak.
Dengan mengendalikan Aleppo secara penuh, Assad telah menunjukkan kekuatan koalisi militernya, yang dibantu angkatan udara Rusia serta para milisi Syiah dari berbagai wilayah. Sedangkan para pemberontak mendapat bantuan dari Amerika Serikat, Turki dan kerajaan-kerajaan Teluk. Namun, dukungan itu tidak mencukupi untuk menghadapi tentara Suriah dan sekutunya.
(pmg/pmg)