Jakarta, CNN Indonesia -- Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Yurievich Galuzin menekankan bahwa pembunuhan Dubes Rusia untuk Turki Andrei Karlov di Ankara pada awal pekan ini tidak akan membuat Rusia menghentikan operasi militernya di Suriah dalam membantu rezim Presiden Bashar Al-Assad.
Galuzin berujar, serangan "pengecut" seperti ini hanya akan membuat Rusia semakin terdorong memerangi terorisme internasional. Pembunuhan Karlov tak menghentikan langkah Rusia membantu Suriah memerangi pemberontak dan teroris.
"Serangan teroris kepada salah satu kolega kami di Ankara [Karlov] hanya akan menstimulasi Rusia untuk terus memerangi teroris global," ungkap Galuzin di Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Rabu (21/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Galuzin yakin bahwa insiden pembunuhan dubes Rusia di Ankara terjadi akibat ketidaksukaan suatu pihak terhadap peran militer Rusia di Suriah. Namun, ia menekankan bahwa selama ini operasi di Suriah merupakan tindakan militer yang sah berdasarkan permintaan resmi pemerintah Assad.
Selama ini serangan udara Rusia dituding turut menargetkan warga sipil dan sejumlah fasilitas sosial seperti rumah sakit dan sekolah di Suriah. Berbagai kelompok pemerhati perang Suriah menuding serangan udara Rusia telah menewaskan ratusan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Galuzin menyatakan bahwa negaranya siap melakukan investigasi jika memang ditemukan bukti kuat tentang tudingan tersebut.
Selain itu, Galuzin menuturkan, serangan teror ini juga tidak akan mempengaruhi perundingan tiga negara antara Turki, Rusia, dan Iran untuk membentuk resolusi damai di Suriah. Pembunuhan Karlov juga dianggap tidak akan memengaruhi normalisasi hubungan Moskow dan Ankara yang sempat terputus pada 2015 lalu.
"Para teroris ini memanfaatkan hubungan Rusia-Turki agar kami membatalkan kebijakan luar negeri kami di Suriah. Sayangnya, tindakan pengecut mereka tidak akan berhasil," kata Galuzin.
Karlov dibunuh oleh polisi anti huru-hara, Mevlut Mert Altintas, di sebuah galeri seni di ibu kota Ankara pada Senin (19/12) malam. Dalam video yang tersebar di media sosial, Altintas berteriak, "Jangan lupakan Aleppo! Jangan lupakan Suriah! Semua yang ikut serta dalam tirani ini akan bertanggung jawab!" setelah menumbangkan Karlov.
Pembunuhan yang menargetkan perwakilan diplomatik Rusia ini diduga terjadi akibat peran bantuan militer Rusia kepada pasukan rezim Assad untuk merebut kembali Aleppo dari pemberontak.
Moskow dan Ankara memang berseberangan soal upaya penyelesaian konflik di Suriah. Turki selama ini mendukung pemberontak dan menginginkan Assad lengser demi mengakhiri konflik yang sudah memasuki tahun keenam di negara itu.
(rds/ama)