Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Jerman telah mengantongi identitas dan tengah memburu seorang pencari suaka dari Tunisia yang diduga sebagai pelaku teror truk maut di Berlin.
Identitas yang ditemukan di bawah kursi sopir truk diketahui atas nama pencari suaka Anis Amri.
Diberitakan
Reuters, Amri dideskripiskan memiliki ciri-ciri tinggi badan sekitar 1,78 meter dengan mata berwarna cokelat dan rambut hitam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Dalam Negeri bagian barat North Rhine-Westphalia (NRW) Ralf Jaeger mengatakan, Amri sebelumnya tiba di Jerman pada Juli 2015 dan aplikasi pencarian suakanya ditolak.
Ia diduga menggunakan nama lain dan diidentifikasi agensi keamanan memiliki komunikasi dnegan sebuah jaringan Islamis. Jager juga memastikan Amri tinggal di Berlin sejak Februari dan baru-baru ini pindah ke NRW.
Setelah aplikasi pencarian suakanya ditolak, Amri seharusnya dideportasi tetapi urung dilakukan karena dokumen miliknya hilang. Otoritas keamanan setempat mengatakan Anis Amri berpotensi sebagai ancaman sejak November, ditambah latar belakang orang tuanya yang juga seorang residivis.
Petugas keamanan Tunisia kepada Radio Mosaique mengatakan ayah Amri meninggalkan Tunisia tujuh tahun lalu sebagai imigran ilegal dan hidup sebagai tahanan di Italia.
"Awalnya pemerintah Tunisia tidak mengakui bahwa Anis Amir adalah warga negara mereka," pungkas Jaeger.
Sebelumnya polisi Jerman sempat menangkap seorang pelaku yang diduga sebagai sopir truk, hingga akhirnya pihak keamanan mengakui jika pihaknya salah tangkap.
Sejumlah media Jerman melaporkan bahwa pria yang ditangkap polisi melompat keluar dari kabin pengemudi dan lari ke jalan menuju Tiergarten, sebuah taman luas di pusat Berlin. Truk yang digunakan dalam serangan itu diketahui milik perusahaan angkutan Polandia.
Belakangan muncul fakta baru yang mempertanyakan mengapa pihak keamanan setempat tidak bisa menahan laju truk seberat 25 ton ke tengah kerumunan warga. Insiden ini tercatat menjadi salah satu serangan paling mematikan di Jerman sejak tahun 1980.