Jakarta, CNN Indonesia -- Empat anak dibawah umur ditembak mati di sebuah rumah yang dijadikan gudang penyimpanan narkotik ilegal. Insiden ini terjadi di tengah perang "brutal" Presiden Rodrigo Duterte melawan narkoba yang telah menelan ribuan jiwa terduga kriminal narkoba.
Dua orang bersenjata tak dikenal menggunakan sepeda motor memasuki sebuah rumah yang disebut polisi sebagai "sarang narkotik" pada Rabu (28/12), berlokasi di bagian utara Manila.
Kedua pria bersenjata menembaki tujuh penghuni di dalam rumah itu secara membabi-buta dan langsung menewaskan lima orang. Dua korban lainnya tewas saat hendak dibawa ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir
Reuters, empat dari lima orang yang tewas merupakan remaja berusia antara 15 hingga 18 tahun. Pembunuhan ini terjadi seiring dengan upaya Duterte merancang undang-undang yang akan menurunkan usia minimal subjek hukum kriminal dari semula 15 menjadi sembilan tahun.
Sekitar 6 ribu orang tewas terbunuh selama enam bulan terakhir kampanye perang melawan narkoba yang digagas Duterte sejak menjabat menjadi presiden.
Sepertiga korban tewas ditangan polisi, sementara lainnya tewas dalam penyelidikan. Duterte menyebutkan setiap pembunuhan yang dilakukan polisi dalam operasi pemberantasan narkoba dilindungi hukum.
Kampanye brutal ini telah memicu kecaman dari masyarakat internasional seperti PBB, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Namun tak peduli, mantan wali kota Davao itu malah menegur balik pihak-pihak yang memprotes kebijakannya dengan menyebut ia rela "membusuk di penjara" demi menjauhkan Filipina dari masalah narkoba.
Pada sebuah wawancara televisi pada Kamis (29/12), Duterte mengatakan, perang narkoba sepertinya masih jauh akhir.
"Kampanye perang melawan narkoba akan terus berjalan hingga kriminal narkoba terakhir bisa terbunuh," ucapnya.
Pembunuhan antar warga sipil marak terjadi seiring dengan banyaknya tudingan pihak berwenang yang disebut menyewa pembunuh bayaran untuk memberangus para kriminal narkoba.
Duterte membantah segala tuduhan yang menyebut polisi bersekongkol dengan preman. Ia berkata, pembunuhan sering terjadi antar sesama kelompk narkoba dan hal ini biasa terjadi bahkan jauh sebelum ia menjabat sebagai orang nomor satu di negara itu.
(stu)