Gencatan Senjata di Suriah, Rusia Minta Dukungan PBB

REUTERS | CNN Indonesia
Sabtu, 31 Des 2016 05:29 WIB
Upaya perdamaian yang berlaku sejak Kamis tengah malam itu rapuh, dan sejumlah bentrokan serta serangan udara masih terjadi pada Jumat (30/12).
Upaya perdamaian yang berlaku sejak Kamis tengah malam itu rapuh, dan sejumlah bentrokan serta serangan udara masih terjadi pada Jumat (30/12). (Foto: REUTERS/Khalil Ashawi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk mendukung gencatan senjata di Suriah. Dukungan ini diperlukan mengingat upaya perdamaian ini rapuh untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung hampir enam tahun.

Desakan itu, seperti dilansir Reuter, disampaikan pada Jumat (30/12).

Dewan Keamanan PBB sebelumnya dilaporkan telah melakukan pertemuan tertutup untuk mempertimbangkan rancangan resolusi mendukung gencatan senjata yang diusung Turki dan Rusia, yang berlaku pada Kamis (29/12) tengah malam waktu setempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Duta Besar Rusia Vitaly Churkin, pemungutan suara DK PBB itu kemungkinan baru dapat dilaksanakan pada Sabtu (31/12), meski sejumlah anggota dewan merekomendasikan perubahan di draf dan ingin beberapa poin direvisi.

"Saya pikir akan lebih baik jika rekomendasi itu diserap dengan mudah seperti yang ada di draf," ujarnya.

Belum diketahui dengan pasti apakah resolusi tersebut akan memberi dukungan pada upaya gencatan senjata.

Sementara itu, upaya gencatan senjata yang diharapkan terjadi di seluruh kawasan di Suriah megalami hambatan, ketika bentrokan, pengeboman serta serangan udara di Suriah barat muncul pada Jumat (30/12).

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan pihak-pihak terkait sedang mempersiapkan diri untuk perundingan perdamaian yang direncanakan berlangsung di Astana, ibu kota Kazakhstan.

Sejumlah media lokal Suriah mengatakan pada Kamis malam, bahwa pembicaraan tersebut akan dilakukan 'segera'.

Terkait agenda pertemuan di Astana ini, PBB pun melalui mediator Staffan de Mistura mengagendakan pembicaraan di Jenewa, 8 Februari mendatang.

Saat ditanyai mengenai dua pertemuan ini, Churkin mengatakan tidak akan ada konflik antara keduanya.

"Jika pertemuan itu berhasil, dapat diteruskan dengan pertemuan Jenewa, kira-kira begitu sejauh yang saya pahami," ujarnya.

Menurut Churkin, pada Jumat, tujuh kelompok pemberontak yang di dalamnya terdapat sekitar 60.000 orang sepakat untuk melakukan gencatan senjata.

"Mereka semua yang sebelumnya oposisi, dan mau serius bernegosiasi dengan pemerintah, akan menjadi bagian dari pertemuan di Astana, kita lihat nanti bagaimananya," ujar dia. (rah)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER